73

296 16 2
                                    

HAPPY READING❣️
.
.
.

*****

Nantha berjalan dengan tergesa-gesa melewati lorong apartement, sangat terlihat dari langkah kakinya jika pemuda itu tengah menahan amarahnya. Ia menggedor pintu kamar Dara kencang, tak berapa lama pintu terbuka dan menampakkan seorang gadis membuka pintu dengan tersenyum lebar.

"Aku tau kamu pasti bakal balik lagi," ujarnya.

"Apa maksud lo?!"

"Apa?"

"Jangan sok bego!" Nantha menunjukkan foto diponselnya.

Dara tersenyum, "Oh, itu. Baguskan?"

Nantha terasa heran dengan jawaban gadis itu, ia sedikit menggelengkan kepalanya. Gadis dihadapannya ini bukan lagi gadis yang ia kenal dulu, dia berbeda. "Jujur sama gue kita gak ngelakuin apa-apa!"

Ia mengangguk masih dengan senyuman, "Dara cuma mau ngasih liat itu ke Al," katanya dengan ekspresi tanpa rasa bersalah, "gimana reaksi Al?"

Mendengar jawaban santai Dara justru membuat Nantha semakin geram, jika saja Dara laki‐laki pasti ia sudah melayangkan tinjunya. "Gila lo, Dar!"

"Dara emang gila Nantha, dan itu semua gara-gara Nantha."

"Lo pikir, dengan lo kaya gini itu bisa ngebuat gue balik sama lo? Justru ini ngebuat gue mikir jutaan kali, apa gue harus balik sama cewek psycho kaya lo?!"

"Nantha pikir Dara bakal lepasin Nantha semudah itu? Dara bakal ngelakuin apa aja buat dapetin Nantha," balas gadis itu.

Nantha benar-benar sudah tak habis pikir dengan gadis dihadapannya itu. Matanya sudah terbutakan dengan obsesi, membuatnya terkesan seperti orang gila dimata Nantha.

Tanpa lagi beradu argumen, pemuda itu pergi dari apartement tersebut. Ia sudah tak peduli juga tak ingin lagi berurusan dengan Dara ataupun keluarganya. Bagaimanapun juga, gadis itu sudah mulai tak waras.

***

Al duduk diruang tunggu sembari memainkan ponselnya, ia teringat foto yang terkirim dari Anon. Kenapa dia harus mengharapkan kehadiran Nantha? Kenapa ia harus merasa kecewa saat pemuda itu tak terlihat datang?

Lamunannya terpecah saat suara pengumuman pembukaan gate diumumkan. Gadis itu menarik kopernya dan berjalan menuju pintu masuk. Meski ada rasa enggan, tetapi ia harus merelakan kenangannya.

Selama di perjalanan menuju Singapore, Al sama sekali tidak mengaktifkan ponselnya. Ia hanya sibuk memainkan ipad yang ia bawa guna untuk mengulang sedikit bahasa Italia yang sedang ia pelajari.

Gadis itu sampai di Singapore, tempat transit penerbangannya. Ia duduk di ruang tunggu masih dengan kegiatan yang sama seperti sebelumnya. Setelah berapa lama, Al memutuskan untuk menyalakan kembali ponselnya dan tentu saja sudah banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari teman-teman dan juga Nantha.

Baru 3 menit ponsel itu kembali aktif, tetapi ponselnya sudah kembali bergetar. Ia melihat nickname yang tertera di layarnya, malas, gadis itu menghela napas tetapi tetap memutuskan untuk menerima panggilan suara itu. Ia berniat untuk mengakhiri semuanya disini, menghapus semua kenangan pemuda itu.

Al hanya diam ketika lawan bicaranya terus menerus memanggil namanya dan memohon untuk bicara kepadanya, "Mau apa lagi?" tanyanya setelah ia diam cukup lama.

"Gue bisa buktiin foto itu bohong, Al."

"Oh ya?"

"Gue berani sumpah, gue gak pernah ngapa-ngapain sama Dara."

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang