Happy reading ❣️
.
.
.
*****Hari ini di sekolah Al sedang ramai membicarakan Diesnatalis yang akan di laksanakan satu minggu lagi, dan akan di laksanakan selama 3 hari. Dengan game-game yang harus di ikuti oleh perwakilan kelas masing-masing untuk hari pertama, lalu pensi untuk hari kedua dan di puncak acaran akan ada pembagian hadiah dan juga penampilan band sekolah dan juga beberapa orang yang sudah dari awal di tunjuk untuk membantu memeriahkan acara tersebut.
Dan jujur saja, Al dan teman-temannya sama sekali tidak tertarik dengan itu semua. Kini mereka berlima minus Jojo tentunya sedang duduk di bangku kantin, jangan tanyakan kemana Jojo karna jawabannya pasti pemuda itu sibuk dengan urusan Osis nya. Karna acara Diesnatalis ini, maka untuk seminggu ke depan mereka akan mendapat lebih banyak free class.
"Bakal banyak waktu luang nih, mending kita bolos aja. Yuk," ujar Kya.
"Ya Tuhan jauhkan hambamu dari manusia gak ada akhlak seperti ini," sahut Ed sembari menengadahkan ke dua tangannya seperti sedang berdoa, tentu saja hal itu langsung mendapat jitakan dari Kya.
"Sakit ky," rintih Ed.
"Rasain! Lagian maksudnya apaan tuh manusia gak ada akhlak."
"Ya elo sih, masa ngajakin bolos? Ngehasut temen mulu dah, kan gue jadi mau aja," ujar Ed dengan di ikuti kekehannya.
"Yee, cumi!" kata Rey sambil melemparkan kulit kacang ke wajah Ed.
"Eh, gimana kalo kita ke malang aja, ke batu deh. Kan kemarin gak jadi karna Al jalan sama Vero," usul Kena.
"Terus si Joko kutu buku mau lo kemanain? Dia kan lagi sibuk ngurus Osis," ujar Al.
"Eh, iya ya."
"Tinggal aja sih," sahut Ed.
"Gak bisa lah, kan lo sendiri yang bilang, satu gak berangkat ya gak berangkat semuanya."
"Lagian sih, pake sok-sok ikut osis segala tuh bocah," gerutu Kya.
***
Kini Al, Rey dan Ed sedang berada di kelasnya, beberapa menit yang lalu tiba-tiba ada pengumuman agar seluruh siswa berada di kelas masing-masing, untuk berunding tentang partisipasi kelas masing-masing.
Dion si ketua kelas sedang berdiri di depan kelas membacakan beberapa game dan pensi. Ada beberapa yang mengajukan diri dan beberapa lagi harus di ajukan, Al sama sekali tak menyahut satupun yang ketua kelas itu katakan. Ia sangat malas dengan hal-hal seperti ini, merepotkan menurutnya. Ia memilih untuk memainkan ponselnya tanpa peduli dengan teman-temannya yang sedang berdebat. Sampai sebuah kalimat mengalihkan pandangannya.
"Buat pensinya kita bikin yang simple aja, kalo dulu musikalisasi puisi, sekarang kita bikin satu orang nyanyi satu orang main alat musik. Dan gue harap mereka berdua mau berpartisipasi sekarang ini, ya, Reynald? Alona?" ujar Dion, seketika membuat seisi kelas menoleh ke belakang pojok kelasnya, dimana posisi Rey dan Al berdampingan.
Tentu saja itu membuat Rey dan Al terkejut, pasalnya mereka sedari tadi tak ikut berbicara kenapa malah mereka yang di ajukan.
"Lo yakin? Mereka mana mau?" tanya salah seorang siswi yang ada di tempat duduk deret depan.
"Iya, Al kan gak suka acara kaya gitu."
"Yang lain lah."
"Pasti mau kok, tenang aja," balas Dion tenang.
Al yang mendengar desas desus tentangnya pun hanya mengacuhkan mereka semua, ia meletakkan ponselnya lalu menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.
"Lo ngapain nyuruh gue? Yang lain masih banyak kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...