Pieces 32

987 155 25
                                    

Dengan tidak sabar Jaehyung mengetukkan alas sepatunya di lantai lift. Sepasang mata sipit pria itu terus memelototi deretan angka lantai yang menyala berurutan, tanda sedang dilewati oleh kotak sempit yang bergerak naik ke separuh tinggi gedung apartemen.

Ting! Begitu lift tiba di lantai tujuan, tanpa membuang waktu lagi Jaehyung bergegas keluar, namun langkah kakinya segera terhenti tatkala pandangan mata tiba-tiba menangkap sosok tidak asing sedang duduk jongkok di depan pintu unit apartemen yang berhadapan dengan miliknya.

Hayoung mendongakkan kepala cepat ketika mendengar ada suara langkah kaki mendekat. Tapi hanya sedetik senyuman di wajahnya bertahan sebelum kemudian memudar, berubah menjadi cemberut saat melihat ternyata yang datang adalah Jaehyung dan bukan orang yang dia tunggu.

"Where's Brian?" tanya wanita bertubuh tinggi langsing itu tanpa basa-basi.

"Hell I know (mana ku tahu)," jawab Jaehyung datar, mengurungkan niat memeriksa apartemen Younghyun untuk mencari Dowoon dan memilih meraih kenop pintu rumahnya sendiri.

"Liar!" kecam Hayoung. "You definitely KNOW where's Brian!?" dengan kasar dia meraih tangan pria lebih tua dan menariknya menjauh dari pintu.

"Fck off." Ucapan Jaehyung lebih mirip dengan peringatan dibanding ancaman. Sepasang mata yang menyorot dingin dan ekspresi wajah datar cukup memberi sinyal bagi siapapun lawan bicara untuk segera tunduk pada titahnya jika masih ingin melanjutkan hidup dengan hati tenang serta harga diri utuh. Tapi Hayoung enggan mengalah meski dia tahu--sangat tahu--watak Jaehyung yang satu itu. Well, mereka berteman sejak SMA, sejak Younghyun masuk dalam lingkaran persahabatan Jaehyung, Mark, dan Kevin lalu Hayoung mengekor ikut. Maka mustahil jika mereka berlima tidak saling tahu karakter masing-masing.

"Tell me where-Brian-is!" Kalimat Hayoung terlontar tegas. Tidak menyiratkan sedikit pun rasa gentar akan aura mengintimidasi yang diberikan pria lebih tua dan Jaehyung juga tidak terkejut sama sekali. Bertahun-tahun saling mengenal membuatnya hapal sifat Hayoung yang sangat keras kepala, self centered, dan pantang menyerah jika menginginkan sesuatu. Tidak ada orang yang dapat melawan tuntutannya. Dia seperti lautan yang sehari-hari nampak tenang dan menyenangkan, namun sekalinya terjadi badai tak akan ada yang mampu menghentikan.

Kecuali Jaehyung.

Tentu saja.

Sebab temperamen lelaki itu tidak memandang jenis kelamin, usia, maupun status sosial.

Dia sama sekali tak peduli.

Dia antipati pada semua orang secara adil dan merata.

"Are you deaf?" desis Jaehyung lantas menyentak lepas tangannya dengan keras hingga genggaman jemari Hayoung ikut terlempar kuat dan mungkin melukai kuku atau persendian bahunya, karena wanita tersebut langsung meringis seperti menahan sakit sambil memegangi lengan.

"I said I don't know." Pria tinggi menegaskan nada suara dibarengi kilat tajam memancar nyalang dari kedua mata sipit.

"Kalau dia memang segitu penting untukmu, KANDANGKAN SAJA. IKAT. RANTAI. STOP bothering me with 'where is Brian', THE FCK I KNOW. I don't have PET named Brian!" dengus Jaehyung sementara wanita di depannya hanya menundukkan kepala, tak lagi berani memandang wajahnya apalagi membalas kata-kata yang ia lontarkan.

Ekor mata Hayoung mengikuti gerakan Jaehyung yang beranjak masuk apartemen. Begitu pintu sudah ditutup dari dalam, gadis tersebut segera melepas salah satu high heels lalu melemparkannya ke daun pintu rumah pria yang lebih tua hingga terdengar suara dentuman sangat keras.

BRAK!

"YOU BSTARD!" caci Hayoung melampiaskan seluruh kemarahan dan rasa kesal.

Marah karena berhari-hari tidak dapat bertemu Younghyun walau sudah menghabiskan banyak waktu menunggunya di apartemen, sampai dibela-belain mencarinya juga ke kantor tapi lelaki tersebut masih saja selalu dapat menghindar.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang