Pieces 5

1.5K 200 61
                                    

Pupil di dalam kelopak dengan shape runcing mirip mata rubah perlahan bergerak, disusul manik itu terbuka membuat celah tanda jika pemiliknya mulai sadar dari alam mimpi. Younghyun membalikan badan terlentang, menggeliat, lalu menguap lebar. Ia mencari cahaya dari sela gorden lusuh di jendela yang sudah terlihat lumayan terang.

Sepasang mata tajam pria chubby mengedarkan pandangan ke ruangan kecil tempatnya berada saat ini. Sebuah kamar tidur sederhana yang hanya memiliki satu single bed, satu meja, dan sebuah almari kayu yang berlubang. Lantai ubinnya juga nampak kusam dengan dinding putih yang mulai kekuningan tidak terawat. Di sudut ruangan bahkan terlihat jaring-jaring halus milik laba-laba.

Tempat itu jelas sangat berbeda dengan apartemen Younghyun yang mewah, berkelas, serta modern. Bahkan rumah dengan harga sewa murah tersebut tidak punya AC sehingga untuk mencari udara segar pemiliknya harus membuka jendela.

Younghyun sering mencela apartemen kumuh yang dimiliki Jaehyung yang selalu dia gunakan sebagai tempat pelarian, meski pada kenyataannya lelaki lebih muda juga memiliki hal yang sama. Sebuah tempat singgah sederhana terlepas dari segala kemewahan, namun memiliki ketenangan dan--yang lebih penting--hanya ada dia, tanpa ada gangguan dari orang lain. Sebuah ruangan serta spasi yang dapat digunakan untuk diam, merenung, dan mengistirahatkan diri dari pekaknya rutinitas kehidupan.

Dengan seluruh uangnya, Younghyun bisa saja menginap di hotel berbintang yang lebih layak dan memiliki fasilitas lengkap namun--lagi-lagi--bukan itu yang dia cari. Ketenangan dan kesunyian tidak dapat dengan mudah didapat meski di tempat semahal hotel sekalipun. Maka kemudian dia meniru Jaehyung, mencari rumah yang hanya dirinya yang tahu dan menikmati waktu untuk dia serta jiwanya sendiri.

Menyembuhkan mental dari berbagai tekanan dan toxic adalah perlu, sebab kenyataannya di saat jiwa telah sampai pada puncak rasa lelah ataupun muak obat yang paling manjur memang berdiam diri, memberi waktu pada hati serta pikiran untuk beristirahat, berdamai dengan keadaan, dan itulah yang sedang dilakukan Younghyun sekarang.

Terlalu banyak hal yang pria tersebut pikirkan saat meninggalkan Korea, lalu ketika sampai Amerika pun ia langsung menemukan masalah, membuatnya ingin melampiaskan pada sesuatu tapi kemudian dia sadar bahwa hal tersebut hanya akan memberinya masalah baru. Maka lantas Younghyun memilih menyendiri dulu hingga kepalanya jadi lebih dingin.

Younghyun tidak yakin jika Jaehyung tahu mengenai apartemen kecilnya ini sebab dia memang hampir tidak pernah menyebutnya di hadapan pria yang lebih. Hal tersebut toh tidak penting juga, Jaehyung mana peduli dengan urusan orang lain kecuali jika hal tersebut ada sangkut-paut dengan keperluan pribadinya.

Younghyun bangkit malas-malasan dari rebahan di kasur. Sekujur badannya terasa kaku setelah hampir 27 jam dia tidur akibat jetlag. Pria tersebut melemaskan otot di leher, pinggang, dan kedua lengannya hingga terdengar bunyi nyaring persendian yang tersentak.

Menghela nafas panjang, lelaki chubby kembali mengedarkan mata gamang, belum sepenuhnya tersadar ke alam nyata. Ia mengusak kepala yang terasa gatal baru kemudian memaksakan diri beranjak turun dari tempat tidur dengan langkah yang sempoyongan.

Lapar... batin Younghyun sembari menyambar sebuah handuk sebelum masuk kamar mandi lalu selanjutnya membersihkan diri.

Usai mandi, masih dengan rambut yang basah dan berkalung handuk lelaki bertubuh tegap kembali menjatuhkan diri di ranjang. Dia menggeliat sambil mengerang keras. Setelah berdiam diri sesaat Younghyun kemudian bangkit dan mulai mencari ponselnya. Dia cuma mengerutkan kening ketika menemukan benda canggih tersebut sudah dalam kondisi mati kehabisan baterai.

Perasaan waktu aku tidur, ini masih menyala. Apa baterainya mulai boros ya? Haruskah aku ganti ponsel? Batin Younghyun seraya beranjak menuju tas ransel yang diletakkan sembarangan di lantai.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang