Trilili~
Pip.
Younghyun memungut ponsel yang tergeletak di lantai dan segera menekan tombol penerima panggilan menghentikan nyaring nada deringnya. Nama kontak "Jaehyungie Hyungnim" nampak tertera jelas di layar.
"Jae." Pria chubby menyapa lebih dulu.
"Brian?" nada suara Jaehyung terdengar kaget. "Ini nomor Dowoon 'kan--"
"Eoh. Ponselnya jatuh di lantai. Di tangga darurat lantai 4. Aku menemukannya," jawab Younghyun dengan napas terengah berat sebab baru saja meniti undakan sambil setengah lari.
"What the--" Jaehyung mendesis. "Apa yang dia lakukan sampai lantai 4?"
"I don't know tho. Can you come here? Aku mendengar ada suara orang bicara di lantai atas. Agak jauh. Mungkin lantai 6 atau 7," ujar lelaki bermata runcing sembari mendongak, mencoba melihat di antara celah tangga darurat yang dibangun memutar membentuk mirip labirin.
"Kau naiklah pakai lift. Aku akan menelusur dari sini," imbuh Younghyun.
"OK," jawab Jaehyung. "Aku ke lift sekarang."
"Kevin?"
"Dia ke ruang CCTV. Hope he'll come with something."
"Apa bisa?" Younghyun mendesis ragu. "Sulit mendapat ijin melihat CCTV."
"Try everything for now, thinking later. I'm in lift, be right back," tutup Jaehyung disusul panggilan telpon darinya juga berakhir.
Younghyun menyimpan ponsel Dowoon ke saku jas lantas kembali melangkahkan kaki menaiki tangga. Dia melompati 2 undakan sekaligus, berharap firasatnya tentang pemuda itu yang pergi dan naik tangga darurat ini tidak salah. Berharap dia tidak terlambat untuk sesuatu yang ia sendiri tidak tahu, tapi menimbulkan rasa cemas luar biasa dalam hatinya.
.
.Tangan Hui mendorong Dowoon hingga tubuh kurus tersebut condong nyaris jatuh dari pinggir tangga.
"Ups! Kidding~" serta-merta lelaki bermata sipit meraih dasi pemuda berambut hitam sebelum badan itu terlanjur jatuh lalu balik menariknya hingga ambruk ke pelukan. Dowoon sudah benar-benar tidak sadarkan diri sekarang, sekujur tubuh terkulai lemas dan sepasang matanya terpejam rapat di dekapan orang asing.
"Setelah sekian lama, akhirnya aku menemukan cara untuk membalas Kang Younghyun. Jadi aku tidak boleh mengakhirinya secepat ini 'kan?" ujar Hui menyunggingkan seringai lebar penuh kepuasan. Sepasang lengannya bergerak memeluk Dowoon dengan lebih erat sembari ia mendekatkan bibir tebal tepat di sebelah telinga pemuda tersebut.
"Kau kartu AS-ku yang berharga. Meski Hongseok meninggalkanku dengan cepat, tapi tak 'kan ku biarkan kau mati semudah itu. Aku akan menghancurkanmu pelan-pelan supaya Kang Younghyun juga tersiksa. Karena kau adalah dunianya," bisik Hui lantas dengan perlahan menyentuhkan permukaan bibir pada cuping telinga yang terasa hangat akibat efek kandungan panas alkohol di pembuluh darah.
"Play with me, Baby~"
.
.Younghyun menghentikan langkah kaki sejenak untuk mengatur napas yang terengah hampir putus. Sepasang matanya memandang angka 6 di dinding yang menjadi penanda lantai gedung. Keringat telah membanjiri wajah dan leher pria tersebut hingga membuat seluruh pakaiannya kuyup. Dadanya juga terasa sakit sebab kekurangan oksigen namun Younghyun tahu sekarang belum waktunya istirahat. Dia harus bergegas. Firasatnya mengatakan ia tak punya banyak waktu dan harus bergerak cepat saat ini juga.
Setelah berhasil menarik napas panjang beberapa kali, pria chubby kembali melangkahkan sepasang kaki yang mulai terasa lemas di persendian. Untuk sejenak ia merutuki kebiasaan buruknya yang jarang olahraga sehingga membuat staminanya jadi terbatas ketika menghadapi situasi darurat begini.

KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES
FanficJaePil (GS) BriWoon Day6 Book 1 : The Stranger Book 2 : Closer Book 3 : Pieces "You are a puzzle I don't understand. Each piece represents different picture than my expectation. I don't think I can keep it up. May I give up?"