Pieces 29

1K 159 35
                                    

"Hewwooo, ma friend~ good morning~♡"

Jaehyung yang baru saja membuka pintu apartemennya langsung memasang ekspresi datar begitu mendapat sambutan hangat dari sebentuk wajah berpipi chubby yang menyunggingkan senyuman lebar sumringah dengan sepasang lengan gempal direntangkan mempersiapkan pelukan.

Dua detik berlalu dan Younghyun menurunkan sendiri tangannya sebab menyadari kalau ekspresi batu di muka temannya saat ini tak mungkin akan membalas pelukan yang dia tawarkan bahkan sampai nanti milenium berganti.

Jaehyung menghela napas, melangkah keluar garis pintu lalu menutup rumahnya dan berjalan ke lift dengan lelaki lebih muda mengekor di belakang sambil menggumamkan melodi riang. Mendadak pria tinggi menghentikan ayunan kaki membuat Younghyun ikut mematung satu setengah meter di belakang. Laki-laki berpipi tirus memutar badan guna memandang sahabat sekaligus rekan kerja sekantor.

"Kenapa kau masih di sini?" Tegur Jaehyung mengingatkan jika sekarang hari sudah siang dan pastinya telah melebihi jam masuk kantor. Sebagai seorang produser utama, sejak awal dia telah mendiktator kalau jam masuk dan pulang kantor tidak berlaku untuk bos. Bos juga bebas mau ngantor atau membolos dengan alasan atau tanpa alasan jelas. Tapi peraturan tirani tersebut tidak berlaku bagi selain Jaehyung, bahkan Younghyun yang merupakan produser pelaksana juga tak mendapat keringanan apapun membuatnya wajib ngantor dengan tertib.

"I am waiting for you~" Younghyun menjawab dengan nada kalimat riang dan wajah cerah ceria. "Aku antar kau ke kantor, Jae. Aku temani. Mau sekalian aku supiri?"

"Penjilat," ketus lelaki tinggi tak ingin menyembunyikan kejulitannya barang sedikit pun. Beruntung, pria chubby sudah terbiasa dengan sifat frontal temannya yang satu itu jadi kata 'sakit hati' sudah tidak ada lagi dalam kamus Younghyun untuk beberapa kondisi.

"Ah, tapi aku baru saja mabuk sih dan masih agak hangover. Jadi, aku yang nebeng kau ke kantor ya?" Lelaki lebih muda memutuskan secara sepihak menuai sebelah alis Jaehyung yang terangkat naik.

"Sambil kita ke kantor dan duduk semobil--" Younghyun beranjak mendekati sosok jangkung pria lebih tua lantas merangkulkan lengannya ke pundak sang sahabat yang cuma menjatuhkan lirikan diam pada sikap sok akrab yang terasa mencurigakan.

"--tell me why my Dowoonie can be here in LA. Okay~?" Younghyun melebarkan senyum di wajahnya sembari mengedip-edipkan kedua mata yang berpijar penuh binar.

Jaehyung tak langsung menjawab. Menggunakan ujung jari, dia mencubit kulit tangan Younghyun untuk memindahkan lengannya dari pundak menuai pekik kesakitan lelaki tersebut.

"First--" pria tinggi menggumam. "--I don't go anywhere with pig like a safari man. Second--" Jaehyung menajamkan pandangan kedua mata kecilnya.

"--alasan kenapa Dowoon di sini sudah PASTI BUKAN karena kau. Last, he is NOT yours. The end, and fck off of my face."

Jaehyung mendengus lantas beranjak meninggalkan Younghyun yang terdiam dengan senyum pudar di tempatnya berdiri.

"Jae!" Tapi kurang dari lima detik, lelaki itu kembali menyusul langkah temannya.

"Okay, aku terima alasan Dowoon di sini bukan untukku. Tapi kenapa? Kenapa dia bisa di LA? Bukankah harusnya dia di Jepang sekarang? Kenapa tiba-tiba dia bisa di LA?" Kejar Younghyun didera rasa penasaran. "Sejak kapan dia di sini? Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Nuguseyo?" Balas Jaehyung datar. "Kau siapa sampai aku harus memberitahumu?"

Pria chubby kembali diam sejenak.

"I am his husband-to-be."

Entah kerasukan apa tiba-tiba saja Younghyun mengucapkan kalimat barusan, sontak membuat iris sipit sahabatnya membeliak lebar. Melotot dengan sinar seperti sedang mempertanyakan kewarasan dan kegenapan jumlah sel dalam otaknya.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang