Pieces 69

438 84 28
                                    

Angka chapter-nya ena🌝

.
.
.

Langit di celah gorden jendela masih nampak gelap. Fajar bahkan belum terlihat menyingsing di ufuk timur namun Jaehyung sudah menggulung lengan kemeja flanelnya di depan cermin dengan wajah segar dan rambut tertata rapi.

Setelah berselisih paham dengan Wonpil semalam, pada akhirnya Jaehyung tidak dapat memejamkan mata karena mendengar suara isakan tertahan sang istri. Kendati seluruh badannya didera rasa letih, pria tersebut tetap tidak bisa tidur hingga dini hari bahkan setelah berkali-kali mencoba memaksakan mata untuk terpejam. Sampai kemudian ia sadar, jika gadis di sampingnya ternyata sudah tidak lagi memperdengarkan suara menangis. 

Jaehyung merasa lega ketika mengetahui Wonpil telah terlelap. Dia senang istrinya masih bisa istirahat, yang berarti gadis tersebut juga akan melupakan sejenak pertengkaran mereka yang mungkin saja dapat membuatnya kepikiran lalu berpengaruh pada kondisinya yang sedang hamil.

Jaehyung beranjak dari depan cermin, melangkahkan kaki dengan hati-hati hingga tanpa suara, dan mendekati meja nakas di dekat Wonpil yang masih pulas. Pria itu mengambil ponsel istrinya untuk mematikan alarm pagi hari ini kemudian dia perlahan berlutut di samping ranjang. 

Dengan pelan Jaehyung merapikan selimut hingga menutupi pundak Wonpil. Dia juga mengulurkan tangan, menyentuhkan ujung jari panjang untuk menyibak poni rambut yang berantakan di wajah istrinya.

"I am sorry," bisik pria tinggi lirih. "I was too tired, I lost control. Kata-kataku pasti menyakitimu, I am sorry Baby." Jaehyung mengusap lembut sebelah pipi gadis yang masih tidur pulas.

"Get more rest, Sweetie. See you." Lelaki bermata sipit memajukan badan, mendaratkan sebuah kecupan ringan di kening Wonpil dan juga permukaan perut besarnya. "I love you."

Jaehyung kemudian bangkit berdiri, beranjak menuju pintu kamar dan melangkah keluar ruangan dengan hati-hati, sebisa mungkin tidak sampai menimbulkan suara apapun. Sebelum berjalan ke beranda, mata sipit lelaki tersebut melirik bagian bawah pintu kamar Dowoon yang terlihat masih gelap.

"Dowoon bilang kalau siang tadi ada perempuan yang datang dan menanyakan soal Brian..."

Kalimat Wonpil kembali terngiang di benak Jaehyung.

Perempuan siapa? Oh Hayoung? Kang Seulgi? Tidak. Seulgi sangat jarang mencari Brian. Berarti Hayoung? Tapi bukannya Hayoung takut pada Wonpil? Dia tidak mau bermasalah dengan istriku jadi sebisa mungkin dia pasti tidak akan muncul di depan Wonpil. Lagipula selama ini setiap kali Hayoung mencari Brian, dia cuma akan menunggu di depan pintu sampai Brian pulang dan tidak pernah mengecek ke rumahku.

Alis Jaehyung mengerut.

...lalu siapa yang datang?
.
.

Suasana kantor rumah produksi film garapan perusahaan konglomerat keluarga Tuan pagi ini masih nampak sunyi. Matahari baru saja terbit di belahan bumi sebelah timur dan jam kerja juga belum dimulai, jadi wajar jika lampu-lampu di sepanjang lorong padam dengan mayoritas ruangan juga terlihat gelap.

Di tengah keheningan, mendadak salah satu pintu ruang kerja dengan tulisan EXECUTIVE PRODUCER bergerak terbuka. Dari dalamnya melangkah keluar sosok tegap Younghyun yang masih memakai baju yang sama dengan yang ia kenakan kemarin dengan tambahan hiasan lekuk-lekuk kusut pada serat kain sebab dipakai tidur semalaman. Pria itu menguap lebar sambil menggaruk kepala, membuat rambutnya yang acak-acakan bekas bantal makin terlihat seperti sarang burung puyuh.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Younghyun membuka pintu ruang kerja PRODUCER. Ia berniat untuk meminjam toilet sebab hanya ruangan itu yang memiliki kamar mandi dalam. Sambil mengantuk, pria chubby berjalan melewati sofa menuju pintu toilet yang tertutup.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang