Pieces 72

694 94 33
                                    

What should I do...?

Jaehyung termangu dengan isi pikirannya sendiri. Badan jangkung ia sandarkan pada tembok di mulut pintu dapur sementara kedua mata sipit dia biarkan lekat menatap punggung dan bokong Wonpil yang sedang memasak makan malam, berdiri membelakanginya.

Apa dia ketakutan gara-gara ku omeli semalam? Atau malah dia marah? Should I apologize? And give her some gifts? Jaehyung bimbang.

Sambil memikirkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah, sejenak mata sipit pria tinggi melirik pada pintu kamar Dowoon yang sedikit terlihat dari koridor depan dapur. Ruangan pribadi adik iparnya itu nampak hening.

Waktu makan malam memang masih cukup lama dan menilik kebiasaan Dowoon yang cukup diperhatikan Jaehyung selama mereka tinggal bersama, pemuda tersebut tidak akan keluar kamar sebelum jam makan malam tepat dimulai. Beda halnya jika sarapan, Dowoon akan dengan sukarela bangun pagi lalu membantu Wonpil memasak. Namun kalau makan siang dan makan malam, ia jarang ikut memasak sebab sudah terlalu asyik bermain game atau menonton video.

Kalau mau minta maaf, inilah saatnya! Tekad Jaehyung begitu sudah memastikan tidak akan ada pengganggu. Lelaki tersebut lantas mengepalkan kedua tangan membulatkan segenap niat dan menarik napas panjang. Setelahnya ia mulai melangkahkan kaki, dengan hati-hati mendekati tempat Wonpil berdiri.

Wonpil menoleh ketika menyadari ada sosok orang yang berada di dekatnya. Gadis itu terdiam, cuma menatap Jaehyung yang balik memandangnya rikuh. Wanita mungil tidak mengatakan apapun, langsung mengalihkan perhatian kembali pada bahan-bahan makanan yang belum beres dikupas dan dipotong, membuat pria lebih tua seketika tertegun seolah tak percaya dirinya baru saja didiamkan dengan begitu dingin untuk pertama kalinya.

Catat: untuk pertama kalinya seorang Kim Wonpil langsung memalingkan wajah dari Park Jaehyung tanpa lebih dulu menyapa ataupun tersenyum.

Seram... sekujur badan Jaehyung sekejab merinding. Kau seram sekali kalau sedang marah, Kim Wonpil...

Meski sadar jika sedang diabaikan, Jaehyung memilih untuk bergeming di tempatnya berdiri. Masih mencoba bertahan dengan ego dan hanya memperhatikan kesibukan sang istri yang melanjutkan menyiapkan makan malam. Ia berpikir kalau terus berada di tempat yang sama, lama-lama Wonpil akan mengalah dan mengajaknya bicara lebih dulu.

Namun ternyata tidak.

Sudah lima belas menit Jaehyung berdiri dan menunggu, sejak istrinya mulai membersihkan wortel hingga selesai memotong wortel menjadi dadu-dadu kecil, gadisnya tersebut masih keukeuh mengatupkan mulut rapat dan bahkan sama sekali tidak melirik dia lagi. Seolah suaminya itu sudah berubah menjadi mikroba nongkrong yang luput dari penglihatan mata.

Seram... Jaehyung makin bergidik. Seram sekali ngambekmu, Kim Wonpil. You really scary me...

Setelah beberapa saat kembali berdebat dengan ego diri sendiri, akhirnya lelaki tinggi memutuskan untuk mengoyak keheningan yang canggung lebih dulu.

"Ehem--" ia sengaja berdehem.

Jaehyung berharap sedikit usahanya itu akan bisa mendapat perhatian walau yang diterima tetaplah pengabaian. Melihat kenyataan yang mengecewakan tersebut pria tirus tanpa sadar mencebikkan bibir yang mana sempat dilihat oleh ujung mata Wonpil dan langsung membuat gadis tersebut buru-buru membuang muka sambil mati-matian menahan tawa, karena merasa gemas akan ekspresi cemberut dan merajuk sang suami barusan.

"Baby..." akhirnya, ego Jaehyung kalah terinjak-injak oleh perasaan sedih sebab diabaikan Wonpil. Dengan nada suara rendah lelaki itu memanggil nama istrinya.

"Wonpil-ah, maaf..."

Mendengar kalimat barusan membuat Wonpil menghentikan gerakan sibuknya perlahan, walau wajah dan tatapan matanya masih berpaling dari pria lebih tua.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang