Pieces 56

535 112 51
                                    

"Kau yakin bisa melakukannya hari ini?" tanya Jaehyung memastikan untuk terakhir kali sebelum masuk ke dalam mobil, membuat Dowoon yang hendak melangkahkan kaki naik ke bangku bagian tengah SUV Range Rover milik kakak iparnya jadi terhenti.

"Ne!" pemuda bermata bulat mengangguk dengan mantap, poni hitam rambutnya bergoyang lembut seiring tempurung kepala yang bergerak. "Aku sudah baik-baik saja. Aku bisa melakukannya hari ini, Hyung!"

Pria tinggi mengesah singkat. "Awas saja kalau kau tiba-tiba menangis minta pulang. Ku buang kau nanti lewat jendela," ancamnya tidak serius namun cukup membuat lelaki yang lebih muda meringis sebab candaan barusan dilontarkan sang kakak dengan ekspresi wajah datar.

"Dowoonie akan baik-baik saja, Jae," celetuk Wonpil begitu Jaehyung telah mendudukkan diri di kursi pengemudi bersebelahan dengan sang istri, sementara Dowoon duduk tepat di belakang mereka.

"Aku sudah memastikan suhu badannya normal tadi pagi dan dia juga mau sarapan banyak. Aku yakin Dowoonie sudah sehat," imbuh gadis bertubuh mungil.

"Itu benar, Hyung! Aku sudah sembuh. Aku sudah sehat!" yang dibicarakan menyahut dari belakang.

"Shut up! Jangan bicara kalau tidak ku tanya!" sentak pria tinggi langsung membuat bibir plump adik iparnya terkatup rapat. "Orang lemah yang dikit-dikit sakit, lebih baik diam saja," dia melanjutkan, ganti membuat Dowoon merengut jelek di tempat duduk.

Jaehyung memutar anak kunci hingga terdengar suara mesin mobil menggeram halus. Dengan hati-hati ia kemudian membawa kendaraan tersebut bergerak meninggalkan area parkir bawah tanah apartemen elite tempatnya tinggal untuk melaju di jalanan Los Angeles menuju rumah sakit guna menepati jadwal terapi Dowoon sekalian memeriksakan kandungan Wonpil.

"Siang ini aku ada acara," celetuk Jaehyung dengan mata fokus menatap jalanan dan tangan lincah memegang kemudi. "Jadi habis USG, Wonpil akan langsung pulang--"

"EEEH...! Tidak boleeeh...!" seruan protes dari kursi belakang memotong kalimat pria bermata sipit. 

"Kalau Noona pulang duluan, nanti aku sendirian di rumah sakit!" Dowoon bicara sambil cemberut. Di kursi samping supir, Wonpil ikut menjatuhkan tatapan keberatan pada sang suami yang nampak menghela napas seperti sedang menahan diri.

"BIASANYA kau juga SENDIRIAN 'kan?" ucapan Jaehyung dipenuhi tekanan.

"Tapi 'kan setiap dua minggu sekali jadwalku terapi ditemani Noona." Dowoon masih membantah.

"Jangan manja--"

"Minggu ini Noona harus menemaniku!"

"Tidak ditemani satu kali tidak akan membuatmu mati...!" desis pria tinggi tanpa sadar menginjak rem terlalu kuat hingga mobil yang ia kemudikan tersentak berhenti, membuat dua penumpang lainnya terkejut.

"Terapimu itu sangat lama. Hampir 4 jam. Dan kau mau Wonpil menunggu selama itu sendirian? Duduk cengo di lobi seperti gelandangan?" tanya Jaehyung kesal.

"Aku 'kan tidak terus-menerus melakukan terapi. Ada jeda istirahatnya. Nah, di jeda itu aku akan menemani Noona." Dowoon mencoba menjelaskan.

"Dowoonie," Wonpil merasa harus segera menyela perdebatan antara kakak dan adik ipar di dekatnya sebelum makin memanas lalu naik ke level yang tidak bisa ia atasi.

"Minggu kemarin ku dengar kau melakukan terapi dengan sangat rajin dan baik. Dokter Kevin memujimu berkali-kali, dia bilang kau pasti akan cepat sembuh kalau terus bersemangat seperti itu." Wonpil sengaja mengatakan hal-hal bagus yang dapat membesarkan hati adiknya lebih dulu sebelum masuk ke inti tujuan yang ingin ia utarakan.

"Minggu ini juga, meskipun kau baru saja sembuh dari sakit tapi aku yakin kau pasti bisa melakukan terapi seperti biasa. Karena Dowoonie anak yang selalu bersemangat, jadi aku yakin kau akan tetap bisa terapi dengan baik walau tidak ku temani hari ini. Ne?"

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang