Pieces 33

1.2K 166 42
                                    

Pagi hari adalah momen yang paling disukai Wonpil, sebab di waktu itu ia akan bangun dengan badan segar setelah tidur nyenyak semalaman lalu dengan hati-hati merosot turun dari ranjang supaya tidak membangunkan Jaehyung yang masih terlelap. Gadis tersebut kemudian akan membuka sedikit gorden jendela untuk memandang indahnya garis fajar keemasan di ufuk timur batas horizon kota Los Angeles. Setelahnya baru dia meraih ikat rambut di meja nakas samping tempat tidur dan sebelum keluar kamar, ia sempatkan untuk menaikkan selimut menutupi tubuh suaminya sembari terkekeh gemas melihat ekspresi polos pria itu kala tidur.

Tempat pertama yang dituju Wonpil begitu keluar kamar tak lain adalah dapur. Ia mengisi teko dengan air lalu meletakkannya di atas kompor elektrik. Sembari menunggu air mendidih, gadis tersebut akan menghabiskan waktu di kamar mandi melakukan ritual cuci muka, gosok gigi, ataupun buang air. Baru selanjutnya, calon ibu muda itu mulai meracik serta memasak sarapan sembari menyeduh teh dengan air dalam teko yang telah matang.

Hal paling utama yang menjadi favorit Wonpil di pagi hari sebenarnya setelah semua rutinitas di atas. Tepat ketika sarapan hampir siap, Jaehyung selalu terbangun. Dengan muka masih mengantuk, mata sipit yang belum sepenuhnya fokus, rambut berantakan, dan kaos yang bagian punggungnya kusut bekas terlipat dipakai tidur semalaman, pria tinggi itu akan melangkah gontai masuk dapur lantas mendudukkan diri begitu saja di kursi. Kemudian, yang selanjutnya ia lakukan adalah bengong mengumpulkan kesadaran hingga suara sapaan Wonpil membuatnya tersentak.

"Minum dulu," segelas air bening dan secangkir teh hangat diletakkan di hadapan Jaehyung.

"Kyeowo~" gadis mungil yang barusan menyajikan minum berbalik menggumam gemas dan mengulurkan tangan untuk merapikan rambut coklat suaminya yang mencuat-cuat bagai sarang burung, sementara lelaki yang sedang duduk di kursi cuma menguap lebar.

"Hari ini kau pergi ke kantor?" tanya Wonpil masih menyisir rambut Jaehyung menggunakan jari, sesekali kepalanya akan menoleh melihat sayur di dalam panci yang mulai mengepulkan asap panas.

"Eum." Pria tinggi menjawab dengan anggukan singkat. Dia lantas mendongak, mencari mata istrinya untuk mempertemukan pandangan mereka.

"Wae?" tanya gadis yang lebih muda heran, merasa ada maksud tertentu di sorot iris sang suami yang selama beberapa detik hanya mengunci tatapan tanpa mengatakan apapun.

Tangan Jaehyung bergerak meraih jemari Wonpil, menggenggamnya hangat, mengusap sepasang cincin pertunangan dan pernikahan di jari manis wanita itu dengan lembut.

"Ppoppo," celetuk pria lebih tua singkat, namun sukses membuat wajah istrinya langsung merona merah.

"S-sekarang?" Wonpil gugup. "D-d-di sini? K-kalau Dowoon lihat bagaimana?"

Lelaki tinggi tidak mempedulikan kekhawatiran gadisnya dan mengulang permintaan dengan nada lebih menuntut. "Ppoppo...!"

Wanita berambut hitam menghela napas. Dia memandang pintu dapur, memastikan tidak ada suara langkah kaki mendekat yang kemungkinan milik Dowoon baru kemudian dengan ragu merundukkan badan untuk menempelkan bibir pada Jaehyung yang telah menunggu.

Prak!

Suara benda jatuh seketika mengagetkan suami-istri yang sedang berciuman. Bersamaan mereka menoleh dan langsung dapat menemukan sosok Dowoon berdiri di pintu dapur, mematung dengan masih memakai piyama, serta di depan kakinya tergeletak ponsel yang menjadi sumber bunyi benda jatuh barusan.

"...mian," desis pemuda itu, sepasang mata bulatnya membeliak bagai telah melihat adegan dewasa di film yang tidak memiliki sensor peringatan 'bukan untuk penonton di bawah umur'.

"M-m-maaf..." kalimat Dowoon berubah gagap, pun dengan sikapnya yang jadi panik seperti hendak kabur.

"A-a-aku akan pergi. M-maaf sudah mengganggu." Dia membungkukkan badan lalu buru-buru beranjak meski dua detik kemudian kembali lagi untuk mengambil ponselnya di lantai. Dowoon merunduk, merabai lantai berusaha memungut ponsel sambil kedua matanya dipejamkan rapat-rapat, tak ingin melihat jikalau ada sequel dari kejadian barusan.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang