Sambil mengesah Jaehyung memijat belakang leher sementara lift yang dia tempati dengan pelan bergerak turun menuju lantai basement lokasinya memarkir kendaraan sejak siang tadi.
I over did it, batin pria tinggi seraya memandang sekali lagi arloji yang melingkar di pergelangan tangan yang telah menunjukkan waktu makan malam.
Gara-gara Brian bilang mau menjemput Dowoon, aku jadi lupa waktu. Ini semua salah si Babi itu! Jaehyung merogoh saku celana, mengambil ponsel yang kerap terlupakan jika sedang asyik bergelut dengan pekerjaan lalu mencoba menekan tombol power guna menyalakan layarnya.
Hitam. Screen ponsel tetap padam meski sudah beberapa kali pria tinggi menekan tombol power, mengetuk permukaan layar, ataupun mengusap pemindai sidik jari di bagian belakang ponsel.
Shit! Lelaki tersebut mengumpat menyadari jika ponselnya telah mati. Bisa jadi karena kehabisan baterei, sebab memang sejak siang tadi benda itu tidak dia pedulikan sama sekali.
Jaehyung memasukkan lagi ponsel ke saku celananya bersamaan dengan pintu lift berdentang terbuka. Ia mengayunkan kaki panjang keluar, berjalan di tengah keheningan area parkir bawah tanah luas yang nampak temaram oleh hanya penerangan beberapa lampu neon di dekat lokasi CCTV terpasang.
Jaehyung langsung mendekati mobil SUV Range Rover putih yang berdiam tenang di dalam garis kotak tempat parkir. Dia bergeming sebentar untuk mencari kunci yang seingatnya disimpan dalam kantong jaket.
"Jae."
Sebuah panggilan dengan nada rendah reflek membuat lelaki pemilik nama yang disuarakan menoleh tanpa pikir panjang. Jaehyung terdiam, sepasang mata sipitnya memandang bisu pada sosok seorang wanita yang dengan langkah ragu berjalan mendekat ke arahnya. Iris kelam pria tinggi menyorot datar, terlebih ketika ia menyadari perut perempuan berambut sedada itu nampak jelas menyembul bengkak dari balik dress sepaha yang dia kenakan.
Mata Jaehyung dingin serupa ekspresi wajahnya, berbanding terbalik dengan gadis berbibir tipis yang mulai mengulum senyum menatapnya.
"Jae," wanita itu memanggil lagi sementara pria tirus cuma berkedip diam.
"...who?" desis Jaehyung asing.
.
."Terima kasih banyak, Hyung," ujar Dowoon menghentikan langkah kaki di depan pintu unit apartemen Jaehyung yang berhadapan dengan milik Younghyun. "Karena kau sudah menjemputku dan bahkan menraktir makan. Lain kali, biarkan aku yang menraktirmu!"
Pria chubby terkekeh. Air mukanya sudah lebih cerah dan gembira dibanding tadi waktu pertama kali muncul di rumah sakit ketika menjemput Dowoon, mewakili perasaan serta suasana hatinya yang juga telah banyak membaik.
"Tentu saja. Aku tunggu," balas Younghyun merasa gemas akan semangat Dowoon yang terkadang menggebu-gebu untuk hal yang tidak masuk akal.
"Dan...anu," sepasang pipi mochi pemuda bermata bulat dihiasi warna merah muda samar. "Kalau kau sedang senggang, mampirlah makan ke tempat kami lagi. Makan bersama-sama pasti akan terasa lebih menyenangkan."
Untuk sejenak Younghyun tertegun. Kedua mata runcingnya terpaku pada wajah manis yang nampak canggung dan malu-malu (Younghyun berharap dia hanya salah menafsirkan ekspresi ini).
Setelah diam beberapa saat karena tak menyangka masih akan mendapat ajakan hangat untuk makan bersama, perlahan bibir tipis pria chubby menyunggingkan senyum kecil yang menahan rasa haru.
"Tentu saja..." bisik Younghyun. "Terima kasih untuk undangannya."
Dowoon balas tersenyum riang. "Ne~ pastikan kau datang ya, Hyung. Rasanya canggung sekali kalau kau tidak ada dan aku cuma makan bertiga dengan Jae Hyungnim dan Noona. Mereka terus-terusan pacaran di depan mataku, jadinya aku seperti obat nyamuk." Pemuda berkulit susu lalu mengomel sambil cemberut, membuat lelaki di depannya terkekeh geli.

KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES
FanfictionJaePil (GS) BriWoon Day6 Book 1 : The Stranger Book 2 : Closer Book 3 : Pieces "You are a puzzle I don't understand. Each piece represents different picture than my expectation. I don't think I can keep it up. May I give up?"