Pieces 57

548 108 26
                                    

"Haaahh~~~"

Kevin menolehkan kepala saat terdengar olehnya sebuah helaan panjang napas barusan. Seulas senyum simpul tak dapat ia tahan tersungging di bibir tipis manakala tertangkap di pandangan mata sipitnya raut murung wajah manis Dowoon yang tengah duduk memakai setelan piyama pasien di ranjang pemeriksaan.

"Ada apa, Dowoon-ah?" sang dokter berbasa-basi walau sesungguhnya sudah tahu alasan di balik aura suram klien terapinya hari itu.

Baru saja Wonpil datang bersama Jaehyung, memberitahu jika mereka berdua akan segera pulang. Tidak biasanya memang gadis tersebut langsung pulang setelah pemeriksaan kandungan yang sekarang rutin dia lakukan dua minggu sekali semenjak tinggal di Los Angeles. Biasanya Wonpil akan menunggu Dowoon hingga selesai terapi tiap kali jadwal USG-nya berbarengan dengan sang adik. Namun karena hari ini Jaehyung ada urusan di kantor dan tidak bisa menemani sang istri menunggui Dowoon, maka mau tak mau wanita itu harus ikut pulang dengan suaminya serta meninggalkan sang adik.

Dowoon merengut lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Kevin. "Bosan. Tidak ada yang menungguku selesai terapi, rasanya tidak semangat."

Gemushnya~ dokter berwajah manis justru jadi berbunga-bunga melihat ekspresi merajuk laki-laki lebih muda.

"Padahal ada aku di sini, tapi kau masih merasa bosan? Ah, hatiku jadi sakit~" Kevin pura-pura bersedih, sambil memegang dada ia memutar badan membelakangi Dowoon yang langsung tersentak kaget.

"B-bukan...! Bukan begitu maksudku, Hyung! A-aku tidak bosan karena kau...!" pemuda bermata bulat mencoba menjelaskan. "I-ini karena Noona tidak ada di sini--"

"Makanya ku bilang, padahal ada aku di sini tapi kau masih merasa bosan," Kevin tersenyum mengakhiri dramanya. "Apa rasanya tetap beda antara ditemani Wonpil dan aku?"

Dowoon menghela napas. "Beda," ia mendesis. "Kalau ada Noona, aku seperti punya teman dekat yang membuatku lupa tempat ini adalah negara asing. Aku memang sudah dekat dengan Dokter Hyung, tapi itu tidak membuatku berpikir lingkungan di sini familiar."

"Rasa nyaman-nya berbeda ya?" celetuk Kevin mengerti.

"Ne..." angguk Dowoon.

"Selain Wonpil, dengan siapa lagi kau biasa merasa nyaman?"

Pemuda berambut hitam menerawangkan pandangan. Bibir plump-nya bergerak seiring ia menyebut beberapa nama yang dikenal Kevin.

"Jae Hyungnim, Younghyunie Hyung..."

"Hanya orang-orang itu yang kau kenal di sini?" tanya sang dokter, sejatinya tidak terkejut dengan lingkup pergaulan Dowoon yang sangat sempit meski hal tersebut tetap masih membuatnya takjub. Ternyata ada remaja yang bisa betah bergaul dengan orang yang sama tanpa sedikitpun punya keinginan untuk mengenal orang baru atau dunia luar.

Apa dia terbiasa hidup terkurung dalam sangkar begini? Batin Kevin heran.

"Ne," dengan polos Dowoon menganggukkan kepala. "Hyungnim melarangku keluar rumah. Aku juga belum lancar bahasa Inggris, jadi...begitulah." Pemuda bermata bulat menundukkan kepala malu.

Ah, dia juga sangat penurut. Dilarang keluar rumah dan dia benar-benar tidak keluar rumah. Kyeowo~ Kevin berdecak gemas. Sungguh, bagaimana orang tuanya mendidik dia sampai bisa jadi begini...?

"Kalau kau memang sebosan itu, bagaimana jika beli cemilan dulu? Siapa tahu semangatmu akan kembali setelah makan beberapa permen." Sang dokter tiba-tiba menawarkan jatah istirahat lebih awal.

Seperti yang diinginkan Kevin, sepasang mata bulat pasiennya langsung berpijar mendengar mereka akan break.

"Sudah boleh jajan, Hyung!?" tanya Dowoon riang. Salah satu yang membuatnya betah dan mau menjalani terapi berjam-jam setiap minggu adalah kesempatan membeli cemilan serta minuman enak di kantin rumah sakit. Ditambah, dia tidak perlu membayar dan bebas mengambil sebanyak yang ia mau karena semua tagihan akan diberikan pada Jaehyung.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang