Pieces 73

435 79 15
                                    

Matahari baru sepenggalah naik. Jaehyung melangkah keluar dari kamar mandi dengan handuk terkalung di leher tapi badan tanpa ditutupi sehelai benang. Wonpil yang sedang merapikan ranjang sempat terlonjak kaget di tempatnya berdiri saat melihat sang suami muncul dengan telanjang bulat dan sekarang malah santai mengaduk-aduk isi laci almari untuk mengambil pakaian dalam.

"Jae, bisakah kau pakai baju dulu sebelum keluar kamar mandi?" tegur Wonpil dengan wajah telah memerah. Pria yang lebih tua menoleh. Berkebalikan dengan istrinya yang tersipu, Jaehyung justru hanya menampakkan ekspresi datar. Dia kembali berdiri sambil memutar selembar bokser di ujung jari telunjuk seperti gasing.

"Wae?" lelaki tinggi balik bertanya. "Aku seksi 'kan?" ia mengucapkan kalimat barusan dengan nada sangat percaya diri sementara Wonpil sekejab batal merasa malu menyaksikan betapa PD suaminya bicara sambil memamerkan badan jangkung yang minim lemak.

Kalau sedang hujan angin dan badai, kira-kira Jae akan ikut terbang atau tidak ya? pertanyaan ini hanya berani Wonpil utarakan dalam hati.

"Pakai bajumu, nanti kau kedinginan." Gadis mungil memilih menegur.

"Ne~" yang dijawab patuh oleh pria lebih tua. Jaehyung memakai sepotong bokser yang barusan ia buat mainan untuk diletakkan di tempat seharusnya.

"Aku akan memberitahu Dowoon untuk segera bersiap-siap," ujar Wonpil setelah rampung membereskan ranjang, dengan langkah hati-hati gadis itu lantas beranjak menuju pintu kamar. Hari ini memang jadwal rutin satu minggu sekali Dowoon harus check up sekaligus terapi ke rumah sakit. Pemuda tersebut biasa berangkat dengan diantar Jaehyung yang sekalian pergi ke kantor, lalu pulang juga dijemput kakak iparnya lagi.

"Baby," panggilan Jaehyung langsung menghentikan langkah kaki gadis mungil dan membuatnya menoleh ke belakang.

"Ne?"

"Kau mau belanja keperluan Kembar kapan?"

"Oh iya..." sekejab Wonpil tersadar akan usia kandungan yang telah memasuki bulan ke tujuh tapi keperluan para buah hatinya bahkan sama sekali belum terbeli.

"Kau bisanya kapan?" wanita bermata bulat balas bertanya.

"Sepertinya aku tidak bisa," jawab sang suami. Dengan cepat lelaki tersebut menambahi sebelum muncul raut sedih di wajah istrinya.

"Aku ada banyak pekerjaan. Aku harus memastikan persiapan acara premier, mastering OST, dan fiksasi editing. Deadline-ku sangat banyak, jadi sepertinya aku tidak akan bisa menemanimu. Maaf," tutur Jaehyung mencoba menjelaskan.

Mata bulat Wonpil mengerjab. "Bukankah..." dia memberanikan diri bicara. "...Brian yang akan mengurus semua itu?"

"Itu--ehem!" lelaki tinggi berdehem, berusaha menyembunyikan rasa terkejut akan pertanyaan gadis mungil yang tidak sepenuhnya salah. Jaehyung memang sibuk, namun sejatinya tiga perempat dari seluruh tugasnya akan beres dengan dilimpahkan begitu saja pada Younghyun. 

"Aku juga harus mengawasi dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Karena aku produser utama." Nada Jaehyung terdengar menegaskan, ekspresi meyakinkan juga berhasil ia pasang kembali di wajahnya.

Wonpil diam sebentar sambil menghela napas dalam.

"Baiklah..." gadis mungil mencoba mengulum senyum. "Kalau kau sibuk, aku akan membeli keperluan Kembar lewat toko online saja--"

"Kalau kau mau, aku bisa menghubungi Bambam supaya dia menemanimu belanja," potong Jaehyung. Kembali istrinya terdiam.

"Bambam sangat pintar memilih barang, aku yakin dia akan lebih berguna dibanding kau pergi bersamaku," lanjut pria lebih tua.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang