Pieces 27

1.1K 178 48
                                    

Hal pertama yang datang di kepala Younghyun ketika membuka mata dan menyadari dirinya sedang terbaring berselimut tanpa bantal di karpet ruang tengah adalah semalam dia pasti mabuk. Lelaki itu mengesah, memaksakan tubuh yang masih terasa berat untuk bangkit duduk.

Younghyun memijat tengkuk belakang lehernya lalu mencoba menggerakkan persendian kedua bahu yang pegal akibat rasa lelah menumpuk dan bukannya mendapat perawatan, tapi malah diajak minum alkohol sampai teler. Alhasil, sekarang ia merasa jadi dua kali lebih capek.

Pria berpipi chubby mengulapkan telapak tangan ke wajah, mendesis ketika mendadak muncul denyutan hebat di dalam kepala akibat efek hangover. Sepasang mata runcingnya mengedarkan pandangan, berharap ada ibu peri tiba-tiba muncul untuk dapat ia mintai tolong mengambil obat pereda sakit kepala di kamar karena sejujurnya dia sekarang masih ingin rebahan mengistirahatkan badan.

Kenapa aku harus mabuk di sini sih? Younghyun merutuk kebodohan diri sendiri. Kalau mabuk di kamar 'kan bisa lebih gampang mengambil obat. Atau harusnya sebelum mabuk aku mempersiapkan obat dulu. Pria tersebut pada akhirnya memaksakan tubuh untuk berdiri sebab pening yang merajai kepala terasa makin menjadi.

Dengan langkah tertatih Younghyun menyeret kedua kaki menuju kamar tidur. Dia mendekati kotak P3K di dinding dekat pintu dan mengambil obat pereda sakit kepala yang biasa diminum untuk mengurangi pusing setelah mabuk alkohol. Sambil menunggu efek obat bekerja, lelaki tegap kembali membaringkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan mata.

Satu menit.

Dua menit.

Keheningan, reaksi obat, dan kasur nyaman yang memeluk badan, cukup dapat membantu Younghyun mengumpulkan lebih banyak puing-puing kesadaran, memori, serta kefokusan otaknya. Pria tersebut mendadak membuka mata. Dengan gerakan cepat dia bangkit duduk lantas berdiri dan beranjak kembali ke ruang tengah. Alis tegas di dahi lelaki chubby mengerut saat melihat selimut yang tergeletak di lantai yang tadi sempat menutupi badannya waktu tidur sembarangan, kebiasaan setiap kali dia mabuk.

Bagaimana bisa ada selimut di sini? Batin Younghyun heran setelah otaknya benar-benar sudah sadar dari pengaruh alkohol.

Semalam seingatku aku tidak membawa selimut... pria tegap tertegun sejenak. Jangan-jangan... dia langsung membalikkan badan untuk masuk lagi ke kamar tidurnya, mengecek kamar mandi, lalu beralih ke kamar tamu dan seluruh ruangan di dalam unit apartemen luas itu.

Tidak ada... batin Younghyun sedikit menghela napas lega. Tidak ada Hayoung--ah, tapi memang bukannya dia tidak tahu password baru rumahku? Pria tersebut mulai bingung.

Lalu siapa yang memberiku selimut? Tidak mungkin 'kan selimut itu terbang sendiri? Apa Bibi ART? Tapi dia tidak pernah datang di malam hari kecuali aku telpon. Apa aku menelponnya?

Younghyun seketika tersentak.

TELPON!?

Buru-buru pria tersebut kembali ke ruang tengah dan segera mencari ponsel yang ternyata jatuh ke bawah meja. Younghyun mengusap kunci layar hingga terbuka, memeriksa daftar panggilan keluar, lalu lemaslah seluruh tubuhnya begitu melihat ada nama kontak Dowoon berada di list paling atas dengan riwayat telpon tadi malam selama hampir 7 menit.

Mampus... batin Younghyun dengan ekspresi wajah seperti sudah pasrah menerima hukuman pancung di depan mata.

You're a dead meat, Kang Younghyun...aku menelpon Dowoon waktu mabuk...apa yang sudah aku katakan padanya? Semoga aku tidak mempermalukan diriku sendiri...

Pria chubby melengkungkan bibir tipis ke bawah.

"KAU TOOOLLLOOOOL, KANG YOUNGHYUUUNNN...!" Younghyun berseru keras dari dasar diafragma dadanya disusul badan tegap itu kemudian ambruk ke lantai dan berguling-guling, meraung sambil memukulkan tangan penuh kemarahan pada karpet tak bersalah.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang