"Pak Jae, good morning~" sapaan riang dan ramah para staff menemani ayunan langkah Jaehyung pagi itu di kantor.
"Morning, Sir~"
"Happy morning, Pak Jae!"
"Very first morning work in LA, Pak Jae!"
"This is LA, Sir! Good morning!"
"FAKJAE, MET PAGI!"
Langkah kaki Jaehyung sontak mematung, pun dengan para pegawai yang ikut menghentikan kesibukan masing-masing ketika seru sapaan barusan menggema lantang dari salah satu ruang kerja hingga ke lorong.
"Siapa yang ngomong?" Tanya Jaehyung, nada dan suaranya datar namun semua orang tahu ia cuma sedang menekan emosi, bagai air laut yang berubah sangat tenang sebelum tsunami datang.
"Err...i-anu..." Seorang pegawai memberanikan diri menjawab meski gagap. Beruntung tidak ada satu pun dari teman-temannya yang nekad memperlihatkan gelagat seperti baru saja menyodorkan nyawa cuma-cuma ke hadapan kaki Jaehyung karena berani menyeletuk asal. Sementara, beberapa dari para staff tersebut diam-diam melirik pada sebuah meja yang nampak kosong.
"Jin kantor, Pak Jae!" Seorang karyawan lain menyahut. "Kantor ini 'kan lama dikosongkan kemarin, jadi banyak jin yang datang."
"Ne, itu tadi jin kantor!" angguk para pegawai bersamaan. "Ada suaranya tapi tidak ada orangnya!"
"Benar, Pak! Jin itu!"
"Habis ini kami akan menyemprot seluruh kantor dengan air suci! Tenang saja, Pak Jae!"
"Serahkan tugas exorcist pada kami!"
Jaehyung mendengus. "I watch you." Ia menudingkan jari telunjuk dan tengah ke arah para karyawan bagai ingin mencolok mata mereka satu per satu baru kemudian beranjak pergi.
Seluruh staff langsung menelan ludah dengan susah. Mereka mengikuti kepergian sosok bosnya hingga ia menghilang masuk kantor baru kemudian berebut menuju meja kerja yang terlihat masih kosong.
"BADAAAKKK! KAU GILA YA!?" Para pegawai mengumpat riuh. Berbondong-bondong mengepung salah satu blok kerja yang tidak kelihatan dihuni orang sebab pemiliknya memang sedang duduk di bawah meja, membenahi kabel-kabel yang terpasang pada kotak CPU komputer.
"Kau itu kalau mau bunuh diri, mati saja sendiri! Jangan libatkan kami! Ini masih hari pertama kerja, aku tidak mau Fakjae ngamuk dan memberi pekerjaan setumpuk yang tidak masuk akal!" Omel para pegawai sambil bergantian memberi jitakan gemas pada temannya yang cuma dapat mengaduh.
"Aku 'kan kangen Fakjae~" karyawan tersebut membela diri.
"Kangen bukan berarti harus memancing emosinya juga 'kan!? Kita semua bisa jadi presto gara-gara mulutmu itu!" Kompak seluruh rekannya membalas.
"Hngg...padahal itu caraku menyampaikan rasa cinta," gumam staff yang masih membereskan kabel komputer di bawah meja sambil cemberut.
.
.
Jaehyung mendudukkan diri di kursi, meletakkan tas ke lantai dekat kaki, dan memeriksa meja yang telah bersih dari debu. Ia mengangguk puas, merasa tidak sia-sia mempekerjakan petugas kebersihan untuk mengurus kantornya setiap hari, baik saat ada orang ataupun ketika ditinggal dinas ke luar negeri seperti kemarin.Pria tinggi menoleh ketika mendengar suara pintu ruangan dibuka dari luar.
"Morning, Sir~" sapa Jamie, rambut pendek wanita tersebut telah berubah warna menjadi pirang. "Minta tanda tangan untuk laporan keuangan selama syuting." Dia meletakkan sebuah map di meja yang langsung dibuka halaman pertamanya oleh Jaehyung.
"You change your style, huh?" Ujar lelaki lebih tua mengomentari rambut pirang Jamie.
"Oho, jelas~ I'm in USA now, so I must be a blonde too," wanita berpipi tembam menggoyangkan kepala hingga rambut sebahu itu ikut terayun ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES
FanfictionJaePil (GS) BriWoon Day6 Book 1 : The Stranger Book 2 : Closer Book 3 : Pieces "You are a puzzle I don't understand. Each piece represents different picture than my expectation. I don't think I can keep it up. May I give up?"