Pieces 76

373 63 44
                                    

Lee Huitaek.

Sejujurnya tak banyak yang Kevin tahu tentang lelaki itu kecuali namanya dan beberapa info kecil soal dia. Di masa lalu, Jaehyung pernah beberapa kali menyebut nama Hui saat dia membicarakan masalah Younghyun ketika masih menjadi produser musik di kantornya yang lama (sebelum pindah ke bisnis perfilman) soal bagaimana Younghyun hampir saling bunuh dengan laki-laki bermarga Lee tersebut.

Makanya saat tiba-tiba Jaehyung minta bantuan Kevin untuk memeriksa apakah ada seseorang--lebih spesifiknya; seorang laki-laki--dengan penampilan seperti sedang menyembunyikan identitas yang berkeliaran di dalam maupun di sekitar rumah sakit dan namanya adalah Lee Huitaek, pikiran Kevin langsung menjurus pada Kang Younghyun.

"Apa ini ada hubungannya dengan Dowoon?" Kevin sudah bertanya sebelum mulai berkeliling mencari orang yang dimaksud temannya.

"Aku harap tidak." Namun jawaban Jaehyung justru terdengar ragu. Terlebih ketika Kevin mengatakan kalau menemukan ada laki-laki yang mirip dengan deskripsinya nampak sedang berada di dekat kantin rumah sakit, tekanan pada nada bicara Jaehyung juga sekejab berubah. Kalimatnya yang kemudian menyuruh sang dokter untuk mendekati dan menyerahkan ponsel pada laki-laki mencurigakan tersebut menjadi serupa dengan sebuah titah.

"...Sorry then, my mistake." Usai bicara pada speaker ponsel, sudut bibir plump Hui terangkat membentuk seringai yang menuai kerutan alis dari dokter muda di hadapannya.

Terkejut? Sudah pasti. Kevin itu tak menyangka setelah belasan tahun dia masih akan bisa menemukan orang yang cukup berani menantang Park 'temperamental' Jaehyung selain Kang 'nekat' Younghyun, tentu saja. Apalagi, baru saja cara bicara dan nada suara Jaehyung masih jelas memperdengarkan kalau perasaan lelaki tinggi tersebut sedang tidak baik-baik saja. Ibarat tabung gas, dia kini sudah bocor dan bisa tersulut meledak kapan saja.

"Hui--" sangat kentara ada tekanan di kalimat yang seolah diucapkan Jaehyung sambil mengetatkan geraham. "Kesabaranku ada batasnya."

"Sir," tapi dengan tenang Hui masih balas bicara menggunakan nada rendah yang justru kedengaran menjengkelkan.

"Aku hanya ingin melihatnya sebentar. Aku ingin tahu kenapa dia menyukainya. Well, he ain't no cute I think I understand why." Hui mengulum senyum miring. "Dan soal kesabaranmu, aku turut prihatin but well...itu bukan urusanku."

"Ku ingatkan kau," desis Jaehyung. "Aku punya bukti kuat yang bisa membuatmu ditangkap atas tuduhan percobaan pembunuhan."

"Kh--" seringai lelaki bermata sipit semakin lebar. "So what?" netranya berkilat yang kembali membuat alis Kevin berkedut memperhatikan seluruh gelagatnya sekarang.

"Toh, itu baru percobaan pembunuhan. Kalau kau mau, aku bisa melengkapinya jadi pembunuhan terencana--"

"YOU FCKING SON OF A BTCH!"

Pip.

Hui menekan tombol mengakhiri telpon begitu suara umpatan Jaehyung menggelegar memotong kata-kata. Dia memandang mata Kevin yang telah lebih dulu lekat pada netranya. Pria itu tersenyum di bawah topi yang terpasang erat di kepala.

"Thank you," ujar Hui lantas beranjak membalikkan badan.

"Wait there." Namun kata-kata Kevin langsung menghentikan ayunan kaki pria yang tidak dikenalnya tersebut.

"Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur, tapi..." psikiater muda itu masih memandang sosok Hui dengan mata mengamati. "...akan lebih baik jika kau tidak melakukan sesuatu yang nantinya bisa kau sesali."

Sudut bibir Hui terangkat menyeringai di balik topi yang diturunkan menghalangi matanya.

"Tenang saja, Dokter. Hal seperti itu tak akan terjadi." Mata Hui memandang jeda udara kosong di hadapannya dengan ekspresi wajah datar yang pekat.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang