Pieces 75

584 81 17
                                    

Ting tong!

Wonpil mengalihkan perhatian dari lembaran Buku Panduan Berbahasa Inggris bagi Pemula yang tengah ia baca ketika bunyi bel dari pintu masuk utama unit apartemen berdentang memenuhi seisi penjuru rumah.

Siapa? Sejenak gadis mungil itu termenung, tak beranjak dari sofa tempatnya duduk hingga kembali mengalun suara bel listrik yang dipencet oleh tamu-entah-siapa di depan sana.

Wonpil memindahkan bantalan sofa yang ia gunakan sebagai alas membaca dari pangkuannya lalu dengan pelan bangkit berdiri. Tak ingin mengulangi kelalaian Dowoon--ataupun diomeli Jaehyung karena ikut-ikutan teledor--wanita tersebut lebih dulu mendekati layar monitor kecil yang terpasang di dekat pintu beranda yang menunjukkan gambar hasil sorotan kamera CCTV di atas pintu luar unit tempatnya tinggal, untuk melihat siapapun tamu yang kini sedang berdiri menekan bel rumahnya berkali-kali.

Seraut wajah cantik dengan lipstik merah yang nampak kontras di riasan natural langsung mengagetkan Wonpil dengan penampakan close up-nya yang sangat dekat di depan lensa kamera.

"Skrrt, skrrt~" suara familiar tertangkap oleh speaker CCTV. "Hi, hello~ Wonpil-ah~"

Gadis mungil seketika terkekeh. Dia bergerak untuk membukakan pintu beranda dan sepasang lengan kurus langsung terentang menyambutnya dalam pelukan begitu tatapan kedua mata mereka bertemu.

"My Wonpiripiripiriya~~~" Bambam memekik tertahan, serta-merta memajukan diri guna mendapatkan tubuh mungil iparnya dalam pelukan erat.

"Long time no seeeee~" ujar wanita tinggi bertubuh ramping.

"Baru juga kapan itu kita ketemu," kekeh Wonpil membalas pelukan dengan mengusap rambut panjang di punggung Bambam.

"Tetap saja...!" gadis yang lebih muda menekan kalimatnya. "Bertemu orang se-uwu kamu adalah sumber serotonin yang sangat penting dan akan selalu aku nantikan!"

Tawa Wonpil pecah dengan renyah mendengar pujian barusan.

"Apa kau kemari karena dihubungi Jae?" gadis mungil bertanya usai mempersilahkan adik iparnya melepas sepatu di beranda. Tak lupa ia juga menutup pintu di belakang mereka sebelum berjalan masuk rumah.

"Eum!" Bambam mengangguk. "Dia bilang dia butuh bantuanku memilih barang untuk para babies uwu, gemas, ucul, dan kiyowo ini~" wanita tersebut melanjutkan dengana menoel-noel pelan permukaan perut Wonpil menggunakan ujung telunjuk.

Sang calon ibu muda kembali terkekeh.

"Padahal kau tidak perlu buru-buru begini." Wonpil mendesis. "Kami minta maaf karena sudah merepotkanmu--"

"Ssst...!" Bambam segera menyilangkan telunjuk kurus di depan bibir tipis Wonpil. "Tidak ada kata 'merepotkan' untukmu dan keponakanku." Ia tersenyum lembut namun kemudian melanjutkan dengan nada jenaka. "Selain itu...!"

"Selain itu?" Wonpil menunggu kelanjutkan kata-kata wanita di depannya.

"Bagaimana bisa aku menolak PERMOHONAN Park Jaehyung Yang Terhormat~~~"

Gadis mungil mengerjabkan mata, masih belum menangkap maksud sebenarnya dari kalimat Bambam yang penuh penekanan.

"I made him BEG." Senyum kepuasan tersungging di bibir plump Bambam. "The Almighty High-pride Dominant Ultimate Alpha Park Jaehyung BEGGED me FOR THE FIRST TIME in HIS 30 YEARS OF LIFE, sooo...how can I dare refusing his request!?"

Sekali lagi Wonpil mengerjabkan kedua mata bulatnya. Dalam diam dia mencoba mencerna dan memahami apa yang baru saja disampaikan Bambam melalui bahasa asing yang masih ia pelajari. Walau belum mengerti secara keseluruhan maksud wanita itu, namun kurang lebih Wonpil tahu inti perkataannya.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang