Pieces 60

544 99 30
                                    

Atmosfer dalam mobil mewah Bugatti yang sedang ditempati Dowoon saat ini terasa nyata begitu canggung, terlebih juga dibekap oleh keheningan dan cuma terdengar suara deruman mesin kendaraan sekitar yang bercampur dengan bunyi berisik klakson. Pemuda bermata bulat melirik ke samping, pada kursi pengemudi yang diduduki Younghyun yang selama 10 menit perjalanan terus menutup mulut sejak meninggalkan parkiran rumah sakit.

Diam-diam Dowoon mengesah pelan tanpa suara. Ujung kedua jempol tangannya beradu satu sama lain mewakili rasa gelisah dan tidak nyaman yang ia rasakan sekarang.

Hyung kenapa ya? Tidak biasanya diam saja begini. Jangan-jangan dia beneran sedang sakit, batin lelaki muda itu khawatir. 

Kalau memang dia tidak sehat, kenapa memaksakan diri menjemputku? Dowoon ganti merasa bersalah.

Sementara itu Younghyun yang sadar sudah memasang ekspresi poker face yang mungkin bisa saja mengundang salah paham dari Dowoon di sampingnya, sebenarnya tengah dijerat galau harus memulai obrolan bagaimana. Sambil memegang kemudi, jari-jemari pria tersebut tak henti meremas dan mengetukkan ujung kuku karena bingung memilih topik tepat untuk memecah kesunyian. Namun semakin Younghyun memikirkannya semakin dia kebingungan, takut salah bicara, dan berakhir dengan mengatupkan mulut makin rapat sambil menyadari kebodohan dalam dirinya ternyata begitu parah hingga mencari topik obrolan saja ia kesusahan.

Rasanya aku ingin jadi sekrup roda bemo saja kalau begini, dalam hati Younghyun merutuk.

"Hyung." Suara Dowoon yang mendadak mencuat di tengah keheningan pekat langsung membuat pria lebih tua di sebelahnya kaget nyaris terlonjak di kursi pengemudi.

"H-huh? A-ada apa...?" tanya Younghyun gugup.

"Kau sudah makan?" tanya pemuda bermata bulat. Irisnya mengerjab polos, sama sekali tidak memperlihatkan adanya niat khusus atau tersembunyi dari kalimatnya barusan.

"Kau lapar?" balas lelaki chubby. "Kita bisa mampir sebentar di restoran kalau kau mau."

"Eum," angguk Dowoon.

"Kau mau makan apa--maksudku, menu apa? Makanan barat? Korea? Jepang? Seafood? Bakmi? Nasi?"

"Emmm~" sepasang mata coklat berputar dengan wajahnya memasang ekspresi berpikir.

Cute~ batin Younghyun saat mengalihkan pandangan sebentar dari jalanan untuk menoleh menatap Dowoon.

"Apa tempat makan seafood jauh dari sini?" tanya pemuda berkulit susu dengan hati-hati. "Kalau jauh, aku tidak apa-apa makan yang dekat sini saja."

"Wait~" Younghyun menyalakan GPS di layar yang menempel pada dasbor mobil untuk mengetahui lokasi tepat keberadaannya sekarang dan kemungkinan adanya restoran seafood terdekat.

"Tidak jauh," ujar pria chubby setelah memeriksa peta digital.

"Benarkah?" mata Dowoon berbinar.

"Kau mau makan seafood?"

"Ne!"

"Okay~" Younghyun tersenyum, membawa mobilnya membelok untuk mengikuti arahan GPS menuju restoran masakan laut yang berjarak kurang dari satu kilometer.

.
.

"Hyung..." Dowoon mendesis sambil kepalanya mendongak dan kedua mata menatap pada bangunan puluhan lantai hotel bintang lima yang berdiri kokoh tepat di depan tempatnya berdiri saat ini.

"Katanya kita mau makan," kalimat pemuda itu mengambang antara rasa bingung dan heran sebab tiba-tiba dirinya diminta turun di parkiran hotel.

"Memang mau makan 'kan?" Younghyun menyahut ringan. "Restorannya ada di dalam sini." Dengan santai dia menunjuk bangunan tinggi nan mewah di hadapannya.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang