Pieces 47

755 137 43
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari dan Younghyun benar-benar masih terjaga. Dia duduk di samping ranjang tempat Dowoon tertidur pulas tanpa sekalipun terlihat mengantuk maupun menguap. Pria tersebut hanya diam, bergeming sambil terus menatap wajah pemuda yang sedang memejamkan mata rapat.

Aku gagal lagi... Younghyun berbisik dalam hati.

Aku gagal lagi melindungimu...

Saat kau patah hati karena Park Sungjin. Saat kau tersesat di hutan. Dan sekarang... pria berpipi chubby perlahan menundukkan kepala.

Aku benar-benar tidak berguna...

Apa yang bisa aku sombongkan dari rasa cintaku kalau melindungimu saja aku tak bisa? Maafkan aku, Dowoon-ah. Maafkan aku... wajah Younghyun makin dalam menunduk. Poni rambut kelamnya membentuk tirai yang turut menyembunyikan pandangan mata lelaki tersebut.

Bagaimana bisa aku menghadapimu setelah ini? Aku bahkan tak ingin melihat pantulan diriku sendiri di cermin.

Memalukan.

Aku yang tidak berguna dan tidak bisa menjagamu ini sangat memalukan. Aku yang seperti ini...benar-benar tidak pantas berharap bisa bersamamu lagi...

Younghyun membawa kedua telapak tangan untuk meremas rambut kepala sementara punggung pria tersebut makin bongkok sebab ia membungkuk begitu dalam hingga keningnya hampir berada di antara kedua lutut. Samar, bahu tegap Younghyun nampak bergetar diiringi tetes air bening jatuh ke permukaan lantai di tengah sunyi ruang UGD saat dini hari.
.
.

Dowoon baru saja membuka mata, menguap lebar, menggeliat, dan mencari gulingnya saat tiba-tiba Kevin muncul menyibak tirai bilik perawatan dengan senyum manis sudah menghias bibir tipis.

"Good morning, Dowoon-ah," sapa sang dokter yang sepagi itu telah memakai seragam dinas lengkap dengan stetoskop di saku baju.

"Selamat pagi..." balas pemuda yang masih berbaring mengantuk. Dowoon menggosok kedua mata, kembali menguap sambil menggeliat mengangkat kedua tangan ke atas bagai seekor anak kucing.

"Kyeowo~" gumam Kevin melihat betapa santai laki-laki di hadapannya sekarang tanpa tahu jika saat ini serentetan tes medis sudah menunggu dia.

Kevin hanya berdiri di dekat ranjang, membiarkan Dowoon menatap bengong pada langit-langit ruangan yang dicat putih bersih. Ia memberi tambahan waktu pada otak pemuda tersebut yang masih melakukan pemanasan, mencoba menyadari situasi serta tempatnya berada sekarang.

Dowoon mengerjabkan iris coklat beberapa kali. Mengambil napas dalam. Lalu kembali memandang Kevin yang masih tersenyum hangat padanya.

"Kenapa, Dowoon-ah? Apa yang kau rasakan?" tanya pria berambut coklat dengan lembut.

"Mau pipis," jawab Dowoon parau.
.
.

"Aku kenapa?" tanya Dowoon begitu sudah sadar sepenuhnya. Kevin juga telah membuat ia mengganti baju dengan pakaian pasien dan bersiap untuk melakukan serangkaian tes fisik.

"Kau mabuk berat di pesta semalam dan sepertinya ada orang asing yang kemudian melakukan hal buruk padamu. Kau tidak ingat sama sekali?" Kevin mengulang kata-katanya.

Dowoon mengerutkan kening, mengisyaratkan jika dia sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu.

"Aku tidak ingat," cetus pemuda itu tak lama kemudian. "Kebiasaanku kalau mabuk pasti susah mengingat apa yang aku lakukan. Hyung, apa aku membuat masalah?"

"Aku takut kau-lah yang terlibat masalah, Dowoon-ah," desis Kevin.

"Jaehyungie Hyung dimana?" tanya pemuda bermata bulat begitu sadar kakak ipar yang pergi ke pesta bersamanya semalam tidak nampak di sekitar sedari tadi.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang