Pieces 40

704 139 71
                                    

Salah satu pintu kedatangan penumpang di bandara LAX, Los Angeles, baru saja dibuka dan serombongan orang langsung membludak keluar. Sebagian nampak melangkah terburu-buru, separuhnya lagi sambil melihat-lihat kerumunan penjemput yang mengacungkan berbagai papan ucapan selamat datang, dan di tengah kesibukan itu ada sepasang kaki jenjang yang melangkah ragu dengan sinar canggung di kedua iris yang menyapu sekitar.

Dia berjalan seorang diri, dalam balutan dress sedengkul warna krem bunga-bunga ditutupi cardigan putih. Lengan kurusnya menarik sebuah koper ukuran sedang berwarna hitam dan rambut coklat gelap nampak terurai sedada dengan hiasan sebuah bandana sederhana.

"Los Angeles..." bibir tipis menggumam pelan sembari pandangan matanya masih berkeliling memperhatikan kesibukan yang terasa asing sekaligus familiar. Sebuah senyum kemudian perlahan terbentuk. "Finally..."

"Let's meet Papa here," bisiknya sambil menunduk dan meletakkan telapak tangan di permukaan perut yang menyembul bulat dari balik dress.
.
.

"WoaAHH--ups!" Dowoon buru-buru menutupkan telapak tangan rapat-rapat ke mulutnya yang kelepasan berdecak kagum akibat baru pertama kali melihat secara langsung acara yang dia hadiri saat ini. Sebuah pementasan peragaan busana sekaligus ajang berkumpul para pejabat, pengusaha, bintang layar kaca, dan deretan orang-orang penting lainnya yang selama ini cuma bisa Dowoon baca namanya di artikel berita online, tapi sekarang mereka semua ada nyata di depan matanya.

GILAAA...! Pemuda itu hanya dapat menyuarakan rasa senangnya dalam hati. Artisnya banyak sekaliii...! Mereka sungguhan!? Bukan cosplay!? OMO OMO OMO! Dowoon semakin rapat menutupkan telapak tangan untuk menutupi senyuman lebar yang dikhawatirkan bisa mengundang salah paham karena hampir mirip dengan ekspresi seorang fans fanatik yang kegirangan bertemu idola.

"Dowoon-ah," panggilan lembut Kevin menyadarkan lelaki lebih muda dari fanboying. Pemuda itu menoleh dan langsung dapat melihat sang dokter mengulurkan tangan.

"Gimme your hand. Akan ada banyak orang, jangan jauh-jauh dariku nanti kau tersesat," ujar Kevin sambil tersenyum.

"Hyung, Hyung, Hyung!" Dowoon menggumam senang, menyambut tangan pria lebih tua dengan sebuah genggaman erat.

"Ne, Dowoon-ah? Ada apa?" tanya pria berambut coklat sabar.

"Artisnya itu sungguhan ya? Itu beneran? Bukan cosplay? Masa' itu yang namanya Brad Pitt? Kok lebih karismatik aslinya?" pemuda bermata bulat langsung mengoceh.

"Tentu saja mereka sungguhan," Kevin terkekeh gemas. Sambil menggandeng tangan Dowoon ia berjalan menjauhi red carpet tempat artis, penguasaha, dan para lakon pemerintahan berpose untuk jepretan puluhan kamera wartawan.

"Sepertinya masih akan ada lebih banyak lagi yang datang. Vctoria Secret bukan merk abal-abal yang sedikit peminat. Aku yakin mereka pasti berhasil mengumpulkan banyak tamu penting dan sponsor," ujar Kevin, langkahnya berhenti sejenak di bagian registrasi untuk memperlihatkan undangan atas namanya dan mengkonfirmasi jika dia datang membawa partner. Usai mendapat sebuah bros emas sebagai tanda mereka adalah tamu resmi dan bukan penyusup, baru dokter muda tersebut kembali menggandeng Dowoon untuk masuk ke lobi gedung dan langsung menuju aula tempat akan diselenggarakannya fashion show sekaligus pesta ramah-tamah.

"Hyung, aku bersyukur aku ke sini bersamamu..." Dowoon tak kuasa menyembunyikan rasa harunya bisa berada di tengah-tengah acara yang megah, glamour, dan dihadiri begitu banyak orang terkenal.

"Kalau aku jadi ke sini dengan Jaehyungie Hyung, dia pasti akan memarahiku karena aku norak--hiks..." pemuda berambut hitam menyeka ujung mata dengan lengan jas. "Ah, tidak boleh. Bajunya tidak boleh kotor, nanti dimarahi Hyungnim." Dia langsung tersadar.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang