Pieces 3

1.4K 204 36
                                    

"Apa DIA sering ke sini?" Tanya Younghyun sambil memperhatikan kesibukan asisten rumah tangga yang sedang membersihkan rumah. Lebih tepatnya mengambil barang-barang yang bukan miliknya untuk kemudian dikumpulkan ke dalam sebuah plastik sampah besar dan dibakar.

"Lumayan, Tuan," jawab wanita paruh baya itu.

"Sendiri? Atau membawa teman? Menginap?" Tanya Younghyun lagi bagai tengah menginterogasi.

"Maaf Tuan, saya kurang tahu. Karena Nona selalu datang setelah saya pergi dan ketika saya kembali ke sini, rumah sudah kosong lagi."

"Jadi dia datang di malam hari," gumam Younghyun. "Kau tahu apa yang kira-kira dia lakukan dari barang-barang yang ia tinggalkan waktu pagi? Drinking? Sex party? Drug?"

"Saya pikir Nona hanya tidur, Tuan. Dan makan. Saya tidak melihat hal-hal semacam itu," jawab asisten rumah tangga tanpa menghentikan kesibukan sementara tuannya masih berdiri memperhatikan sambil sesekali menghela nafas gusar, seperti sekarang.

"Listen," Younghyun mendesis. "Aku akan mengganti password pintu rumah ini. Aku hanya akan memberitahumu sekali dan kalau DIA bertanya padamu, bilang saja kau tidak tahu. Jika dia memaksa, suruh dia bertanya sendiri padaku. Understand?" Lanjutnya dengan nada tegas.

"Iya, Tuan," jawab asisten rumah tangga dengan sopan. Younghyun kemudian beranjak untuk mencari ponsel, sambil mengusap layar membuka kunci dia membatin.

Sepertinya dulu Jae pernah mengirimiku foto KTP Dowoon waktu mau membuatkannya visa. Dimana ya...?
.
.
Jaehyung terbangun oleh suara lamat sirine polisi di jalanan. Ia mengedarkan pandangan mencoba mencari cahaya dari sela gorden rumahnya untuk mengira-ngira waktu saat ini. Pria tinggi itu mengesah, hendak menggeliat tapi kemudian tersadar bahwa dia sedang berada di sebuah sofa sempit dengan sepasang lengan lain dan sebuah perut bulat menyembul yang memeluknya erat.

Jaehyung meletakkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Wonpil yang masih nampak lelap menutup mata meski badan mungilnya tengah terjepit di spasi kecil sofa.

Jam berapa sekarang? Lelaki tinggi mengesah dalam hati. I ain't hungry but Wonpil must eat something...

Dengan pelan Jaehyung kemudian menepuk bahu istrinya.

"Wonpil-ah, wake up. You haven't eat yet," pria bermata sipit mencoba untuk bangkit duduk membuat gadis yang terlelap di sebelahnya mengerjapkan mata karena terkejut akan gerakannya.

"Come on. You need to eat something," ujar Jaehyung seraya mengusap lembut sebelah pipi Wonpil yang masih terdiam memandang udara dengan tatapan gamang, agaknya dia belum sepenuhnya tersadar dari alam mimpi.

"Jam berapa...?" akhirnya gadis yang lebih muda mendesis, ikut bangkit duduk lalu menyisirkan jari ke rambut panjang dan mencoba merapikan bra serta pakaiannya yang terbuka berantakan.

"Ganti baju saja," ujar Jaehyung sambil melempar sebuah hoodie dan celana pendek yang baru saja dia ambil dari dalam ransel.

"Mau mandi~" rengek Wonpil seketika merasa tidak nyaman di badannya yang lengket oleh bekas keringat.

"Go ahead," sahut Jaehyung sambil mendudukkan diri kembali di sofa. "Masih ingat cara kerja kamar mandinya 'kan?" Ia bertanya.

Wonpil mengangguk. "Handuknya di mana?"

"Di lemari dalam kamar--" jawab suaminya. "--kalau masih ada." Lelaki lebih tua melanjutkan yang langsung dibalas cebikan mulut oleh sang istri.
.
.
Usai membersihkan diri dan mengambil beberapa barang, Jaehyung serta Wonpil keluar dari kamar apartemen kumuh itu sembari kembali membawa tas ransel mereka. Seperti yang dibilang pria tinggi, dia hanya mampir sementara tempat tujuan pulang sebenarnya bukanlah di sana.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang