"Mampir dulu ya," ujar Younghyun seraya membelokkan mobil dari rute jalan menuju kantor.
"Kemana?" tanya Jaehyung heran. Hari itu dia memutuskan untuk nebeng mobil temannya dengan alasan sedang malas menyetir. Walau sejatinya pria tinggi cuma ingin mengawasi Younghyun supaya tidak lagi seenak hati menculik Dowoon seperti kemarin.
"Beli ponsel baru untuk my baby~ sweetie~ lovely~ Dowoonie~" jawab lelaki chubby dengan kalimat dipenuhi irama riang meski selanjutnya dia mengubah ekspresi menjadi judes dan nada bicaranya ketus.
"Gara-gara kau ponselnya jadi rusak."
"Kau juga membelanya?" cibir Jaehyung.
"Aku akan membela Dowoon apapun yang terjadi. Dowoon selalu benar!" balas Younghyun.
"Yah, kau boleh bucin tapi jangan tolol! Untuk apa kau membela orang yang salah?" pria tinggi mendengus.
"Kau yang salah!" rekannya balas melotot dengan mata masih fokus melihat ke arah jalan. "Akui saja kau malu sudah melakukan hal tak senonoh di depan mata polos orang lain (meskipun aku tahu kau memang manusia bertabiat tak senonoh). Kau merasa bersalah karena berbuat mesum tidak lihat tempat tapi tidak mau disalahkan dan malah balik menuduh Dowoon, mengatainya dia bereaksi berlebihan. Kau malu mengakui cela-mu, makanya kau memarahi dia. Well, background anak itu memang berbeda dengan kita jadi sudah sewajarnya dia bereaksi tidak seperti yang kita bayangkan. What did you expect from innocent child like him!?"
Jaehyung melengos, cemberut di ujung bibirnya nampak tak mampu membantah kalimat Younghyun barusan.
"Padahal yang perlu kau lakukan hanya minta maaf pada Dowoon, tapi kau malah mengajaknya bertengkar dan menceramahi hal-hal yang seharusnya kau katakan pada dirimu sendiri. Apanya yang 'stay chill, don't act like perawan pingitan'? Menurutku, JUSTRU orang-orang sepertimu--orang dewasa sepertimu--yang seharusnya mau berusaha menciptakan lingkungan yang sehat bagi Dowoon. Selain meminta dia bersikap lebih dewasa, kau pun harus bisa mendukungnya dengan memberi atmosfer lebih mendidik. Jangan cuma bicara kosong!"
Jaehyung mendengus, merasa kesal mendapat pidato panjang meski dalam hati dia membenarkan beberapa bagian ucapan Younghyun.
"Babi jaman sekarang makanannya apa sih? Kenapa mereka jadi lebih pintar dan bisa bergaya seperti motivator begini," gerutu pria tinggi seraya membuang pandangan ke luar jendela mobil.
"Jangan kau kira cuma manusia yang mengalami modernisasi, babi juga bisa!" sahut lelaki chubby, nada suaranya kedengaran bangga menuai lirikan sinis sekaligus heran dari penghuni kursi sebelah supir.
"Apa secara tidak langsung kau mengakui dirimu babi?" desis Jaehyung langsung meluruhkan ekspresi bangga di wajah sahabatnya.
"Eh, memang kau tadi bicara apa?" balas Younghyun heran. "Bukannya kau membahas kenapa babi jaman sekarang lebih pintar? Aku pikir karena kualitas makanannya pasti lebih bagus di jaman modern begini, makanya mereka juga ada peningkatan. Apa aku salah bicara?" pria tersebut bingung sendiri.
Jaehyung menghela napas gusar. "Susah memang bicara dengan yang beda spesies..." dia mengeluh.
"Lagian, Jae--" Younghyun kembali membuka mulut tanpa mengindahkan gerutuan temannya. "Dimana-mana orang kalau mau ciuman itu mencari tempat yang sepi, sunyi, dan gelap. Biar bisa sekalian tancap. Bukannya di dapur! Kau 'kan sudah berpengalaman jadi orang mesum, kenapa masih saja tidak ingat pengetahuan dasar begitu?"
"Bagaimana bisa aku mencari tempat sepi sementara Dowoon selalu muncul di seluruh bagian rumah seperti penampakan? Aku benar-benar kehilangan privasi gara-gara anak itu!" sahut Jaehyung kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES
FanfictionJaePil (GS) BriWoon Day6 Book 1 : The Stranger Book 2 : Closer Book 3 : Pieces "You are a puzzle I don't understand. Each piece represents different picture than my expectation. I don't think I can keep it up. May I give up?"