Pieces 65

426 89 43
                                    

Ting tong!

Dowoon yang baru hendak menyalakan mesin cuci, mengurungkan gerakan jarinya dari menekan tombol ketika dia mendengar suara bel rumah berbunyi.

Apa Hyungnim ketinggalan sesuatu? Batin pemuda itu bergegas meninggalkan kamar mandi dan menuju beranda untuk membukakan pintu.

Ting tong!

Cklek.

"Ne, Hyung--oh?" kalimat Dowoon terhenti manakala menemukan jika ternyata yang berdiri menekan bel di luar pintu apartemen bukanlah Jaehyung melainkan orang lain. Masuk akal sebenarnya, untuk apa Jaehyung menekan bel jika ingin masuk ke rumahnya sendiri? Dowoon sama sekali tidak kepikiran hal itu.

"Selamat pagi, Dowoon-ah~" Younghyun menyapa dengan wajah berseri-seri dan senyum tersungging cerah di bibir tipis. Lelaki tersebut berdiri di luar pintu unit apartemen tetangganya dengan badan tegap terbalut busana rapi. Dia nampak sudah siap bepergian walau sebenarnya jauh lebih siap bertemu Dowoon daripada berangkat ke kantor.

"Selamat pagi, Hyung. Ku kira Jae Hyungnim yang datang," jawab Dowoon tak mampu menahan diri untuk tidak ikut tersenyum melihat kehadiran Younghyun.

"Apa Jae sudah berangkat ke kantor?" tanya pria chubby, merasa agak heran melihat sang produser utama bisa tetap rajin bekerja meski tahu produser pelaksana-nya telah kembali dan pasti akan mengurus lebih dari separuh pekerjaan yang menumpuk seperti seorang budak.

"Ne, tapi bukan ke kantor," jawab Dowoon. "Dia pergi ke rumah sakit."

"Siapa yang sakit!?" Younghyun menyahut terkejut. "Apa kau--"

"Tidak. Aku baik-baik saja, Hyung." Pemuda bermata bulat terkekeh, dalam hati sedikit senang melihat lelaki lebih tua ternyata begitu mencemaskannya.

"Hyungnim mengantar Noona periksa kandungan."

"Oh..." desis Younghyun, sangat kentara merasa lega mengetahui jika tidak ada kabar buruk mengenai kesehatan Dowoon.

"Kalau begitu, aku juga harus langsung ke kantor--ah, atau nanti saja...? Lagipula Jae pasti masih di rumah sakit..." pria chubby lalu menggumam sendiri. Sejatinya dia cuma menggunakan Jaehyung sebagai alibi supaya bisa mengetuk pintu rumah sahabatnya itu dan bertemu--atau setidaknya, melihat--Dowoon. Tapi karena ternyata Jaehyung sudah lebih dulu pergi, Younghyun jadi kehilangan alasan untuk berlama-lama bersama pujaan hatinya.

"Hyung, kau sudah sarapan?"

Beruntung Dowoon adalah orang baik dan perhatian. Dia tahu tetangganya tinggal sendirian dan menurutnya, makan sendiri pasti akan terasa sepi. Maka seperti biasa setiap kali Younghyun mengetuk pintu apartemen, yang pertama kali dilakukan Dowoon (dan Wonpil) adalah menawarinya makan bersama sebagai bentuk rukun tetangga.

"Belum..." desis Younghyun dengan isi hati seperti meleleh mendengar pertanyaan sepele tapi baginya sarat oleh perhatian itu.

"Mau makan dulu? Tidak baik melewatkan sarapan, nanti perutmu sakit." Dengan polos Dowoon menawari sekalian menggeser badan guna memberi jalan pada tetangganya untuk masuk ke dalam rumah.

"Terima kasih, Dowoon-ah~ kau baik sekali~" ujar Younghyun terharu sementara dalam hati ia bersorak girang, YIPPIIEE...! Tidak sia-sia aku mampir dulu ke sini! Dowoonie mengajakku makan! Ah, mengawali hari dengan bertemu Dowoon memang yang terbaik! Baby, I love youu...!
.
.

Lantai 19 'kan...? batin Wendy seraya menekan angka 19 begitu sudah memasuki salah satu lift di lobi gedung yang setaunya merupakan tempat tinggal Jaehyung karena beberapa hari lalu ketika dia mengikuti pria itu dari rumah sakit, Jaehyung berhenti di bangunan apartemen elit ini dan naik lift hingga lantai 19.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang