Pieces 4

1.5K 208 59
                                    

Belum bisa ngasih Doun, bisanya cuma ngasih double update🥺🤧
|
|
|
|
|
Sepasang kaki jenjang melangkahkan anggun ayunan high heels-nya melewati lorong panjang apartemen mewah yang sepi dari suara. Pintu-pintu di sebelah kanan dan kiri koridor itu tertutup rapat, sementara lampu dinding menyala memberi pencahayaan pada lengan kurus dengan jari lentik yang terangkat menyibakkan rambut panjang terurai mencapai dada.

Tubuh tinggi dengan pinggang ramping tersebut berhenti di depan sebuah kamar bernomor 1904 di pintunya. Dia membuka kotak kecil dengan tombol di dinding sebelah knop pintu dan langsung memasukkan 4 digit kombinasi angka lantas menekan 'enter'.

Pip! Layar kecil di atas tombol menyala merah tanda jika password yang dimasukkan barusan salah. Kening halus itu mengerut, wanita berambut sedada kembali mencoba memasukkan angka sandi yang sama namun lagi-lagi layar kotak password menyala merah sambil memunculkan kalimat peringatan jika sekali lagi dia memasukkan kata sandi yang tidak benar maka sistem keamanan akan mengirim laporan ke Kantor Polisi terdekat.

"Kh--" bibir berlipstik merah itu menyeringai. "He changed his password? Right in front of my eyes?" Ia mendesis tak percaya.

"Look like he doesn't want to meet me even after being separated for long time. Such a stubborn fiance he is. Aw, cutie~" wanita berkaki jenjang menutup kotak password dengan sedikit kasar.

"Fck you, Kang Younghyun." Nada suara dan ekspresinya berubah sinis dalam sekejap. Dia membalikkan badan, pandangan mata tiba-tiba berhenti pada pintu yang berhadapan dengan kamar apartemen Younghyun. Unit nomor 1903.

Perempuan tersebut bergeming sejenak namun kemudian ia mengibaskan tangan dan memilih untuk beranjak pergi.

"Park Jaehyung sudah menikah 'kan? Dia pasti sedang di dalam MENGASUH istrinya itu. Ah, tidak asik." Wanita berkaki jenjang kembali melangkah menuju lift. Dia merogoh tas yang ditenteng cantik di tangan untuk mengambil sebuah kacamata hitam yang kemudian dipakai menutupi sepasang mata berbulu lentik.
.
.
Hari ketiga di Los Angeles. Jaehyung membuka mata bersamaan dengan matahari yang terbit dari ufuk timur. Ia sudah mulai dapat mengikuti ritme dan zona waktu di tempat yang baru meski tidak begitu dengan Wonpil. Gadis lebih muda masih belum dapat beradaptasi dengan baik, dia sering bangun terlambat, selalu merasa mengantuk di siang hari, dan saat malam turun ia kesulitan untuk tidur.

Tak banyak yang bisa Jaehyung lakukan. Wonpil tak mungkin minum obat tidur karena itu dapat berpengaruh langsung pada kehamilannya, dia juga tidak bisa dipaksa untuk terus terjaga di siang hari sebab rasa kantuk berpotensi membuat mood-nya buruk dalam sekejap.

Jaehyung--sebisa mungkin--hanya mengingatkan sang istri supaya tetap makan tepat waktu dan tidak lupa minum susu maupun suplemen untuk menjaga kesehatan kandungannya. Termasuk memastikan jika di malam hari gadis itu mendapat istirahat yang cukup.

"Wonpil-ah," panggil Jaehyung sambil menepuk pelan bahu sempit yang berbaring di sebelahnya, di ranjang ukuran King size dengan bantal nyaman serta selimut hangat. Wonpil bergerak pelan, menggumam tidak jelas dengan mata masih terpejam karena mengantuk.

"Let's take a breakfast," bisik Jaehyung sambil mengusapkan ujung jari telunjuk pada puncak hidung yang nampak mengkilap oleh sebum. Wonpil mengesah lagi sambil tangannya menepis jari usil sang suami, ia bahkan mencoba membalikkan badan membelakangi Jaehyung.

"Try to wake up. I'll look for some snacks," ujar lelaki sipit sambil bergerak turun dari ranjang. Dia merapikan rambutnya asal, tak peduli masih dengan memakai kaos yang kusut penuh lipatan dan celana pendek selutut, pria tinggi itu melangkah keluar kamar menuju beranda apartemen.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang