Pieces 12

1.2K 187 80
                                    

"Why are you here?" Tanya Younghyun usai mandi, ganti baju, dan kini mendudukkan diri di samping Jaehyung sambil tangannya memegang dua kaleng bir yang salah satu ia sodorkan pada temannya. "Kau tidak menemani Wonpil?"

"She's sleeping...finally," jawab pria tinggi membuka kaleng bir lalu meneguk isinya dengan nikmat. "Dia itu seperti tidak bisa diam kalau aku di dekatnya. I just want to chill but she continually bother me with 'Jae, mau makan? Mau minum teh? Mau ku kupaskan buah?' Dia persis seperti pembantu, jadi aku meninggalkannya biar dia bisa istirahat," keluh Jaehyung panjang.

Younghyun terkekeh. "Dia hanya senang mengurus orang lain. You must proud of her."

"Tck, that's annoying," decak lelaki lebih tua. "Also, she needs a lot of rest."

Jaehyung kemudian menoleh ke pintu ruang tengah, "Where's Hayoung?"

"Take a bath," jawab Younghyun singkat, meletakkan kaleng bir yang telah kosong ke permukaan meja.

"Aku pikir setelah dia berkencan dengan orang kaya seperti impiannya, aku tak akan melihat dia lagi. Nyatanya dia masih di sini."

Pria lebih muda terkekeh. "Mau berkencan seperti apapun, memangnya Hayoung pernah jauh-jauh dari kita? Teman dekatnya 'kan cuma kita. Dan Eric, Jamie."

"I don't know how Wonpil will react to her, but I hope Hayoung doesn't bother my wife," ujar Jaehyung ikut menghabiskan bir dan meletakkan kaleng kosong di samping milik Younghyun.

"Nope. Dia bilang dia tidak mau berurusan dengan istrimu," balas lelaki yang lebih muda. "Sekarang dia sudah cukup pusing bermasalah dengan istri direktur yang ia kencani jadi dia tidak mau menambahinya."

"Good then." Jaehyung mengangguk.

"Do you think she'll be OK?" Desis pria chubby pelan.

"What OK?" Balas rekannya.

"Dia bilang dia sedang diincar istri direktur itu makanya dia kemari untuk sembunyi. Menurutmu, apa ada kemungkinan dia sampai dikirimi pembunuh bayaran?"

"Kau mencemaskannya?" Jaehyung menatap datar pada mata tajam yang membalas.

"Well--" Younghyun mengalihkan pandangan. "She's our friend tho."

"Kalau dia tidak aman mana mungkin dia masih bisa hidup sampai sekarang. It isn't her first scandal at all."

Younghyun tergelak. "Iya juga sih..." Ia mendesis. "Ah, sia-sia saja aku mencemaskannya."

"You have too many soft spots," kalimat lelaki tinggi kedengaran seperti ledekan di telinga temannya. "Softboi."

"Aniya~ I just think her as my friend--" sanggah Younghyun.

"You also being softboi for another women. And men. A lot."

"Is it wrong to be kind to people?"

"...kind?" Jaehyung menyeringai. "Your kindness creates misunderstanding."

"Hey..." Gantian pria chubby yang menyeringai. "Kau TIDAK sedang memancing emosiku 'kan sekarang?"

"Nope," Jaehyung masih menyimpan senyum miring itu. "Aku cuma merasa kasihan pada siapapun yang nanti berkomitmen denganmu waktu dia tahu kalau ternyata kau 'baik' pada semua orang. Dia pasti kecewa sebab mengira 'kebaikanmu' padanya itu spesial."

"Tentu saja spesial! Baikku pada orang lain sudah pasti beda dengan baikku untuk orang spe--"

"Tidak semua hal sesuai dengan pemikiranmu," sela Jaehyung. "Mereka punya kepalanya sendiri so they have their own mind. Didn't I say to you to make a BOLD border in relationship with people?" Pria tinggi menatap lekat rekan yang duduk di sampingnya sebelum melanjutkan bicara.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang