Pieces 64

457 103 21
                                    

Tak, tak, tak.

Suara sisi tajam pisau yang beradu dengan tatakan kayu menjadi bunyi pembuka pagi di salah satu unit apartemen elit yang berada di lantai 19 disusul oleh nyaring gemericik bumbu yang dituang ke dalam minyak panas. Wonpil mendekatkan hidung pada asap putih tipis yang mengepul dari wajan dan ia tersenyum puas ketika dapat mencium aroma harum racikan bumbu masakan buatannya.

Grek, terdengar suara kursi kayu digeser yang membuat gadis mungil segera menoleh. Sekali lagi sebuah senyum tersungging di bibir tipis Wonpil manakala menemukan sosok suaminya sudah duduk dengan wajah bengong dan pandangan mata kosong di kursi menghadap meja makan. Jaehyung menguap lebar, memasukkan sebelah tangan ke dalam baju untuk menggaruk perut sementara tangan lainnya ia gunakan mengusak rambut coklat yang masih dibiarkan berantakan bagai sarang burung.

"Selamat pagi, Jae," sapa Wonpil riang, gadis tersebut mengecilkan api kompor untuk mengambil segelas air putih lalu meletakkannya di depan Jaehyung yang masih mengumpulkan nyawa.

Gadis mungil menyisir rambut lelaki tinggi menggunakan jari, menyatukan poni yang semakin tumbuh panjang kemudian mengikatnya dengan seutas karet gelang. Jaehyung menoleh, sedikit mendongak untuk memandang sang istri yang lantas terkekeh geli sebab melihat kepala pria tersebut yang jadi mirip sebutir apel dengan tangkai ikatan poni di atas ubun-ubunnya.

"Kyeowo~" puji Wonpil sembari sedikit merunduk.

Cup~

Sebuah kecupan mendarat di sudut bibir plump Jaehyung tanpa diminta.

"Selamat pagi, Suamiku~" wanita yang lebih muda menyapa sekali lagi. "Ah, masakanku keburu hangus," desisnya kemudian bergegas membalikkan badan untuk kembali meneruskan kesibukan membuat sarapan. Sementara di kursi, Jaehyung masih terdiam.

"Apa kau percaya begitu saja waktu dia bilang itu anakmu?"

Kata-kata Younghyun semalam entah mengapa menggema lagi di dalam benak pria tinggi, menuntun sepasang mata sipitnya bergerak mengevaluasi perawakan mungil Wonpil dari belakang.

"And you marry a completely stranger?"

Perlahan Jaehyung membuang napas. Diraihnya gelas berisi air minum di meja untuk diteguk habis isinya, seolah ia sedang berharap segarnya air itu bisa juga menyegarkan isi kepala yang pagi-pagi telah kalut.

What should I do...? Bagaimana kalau yang dibilang Brian itu benar? Kenapa aku tidak pernah kepikiran itu sampai sekarang? bisik pria tirus dalam hati. Pandangan matanya berubah gamang.

Wonpil tidak terlihat seperti orang yang gemar berbohong. Dia juga kelihatan sangat tulus. Orang yang begitu benarkah ada niatan menipu? Tapi bagaimana bisa sejak awal aku langsung percaya padanya waktu ia bilang itu anakku? Is it because I look her as someone harmless, so I put down my guard? Kenapa aku jadi merasa diriku sangat tolol mau-mau saja mengikuti permainannya?

Kembali Jaehyung menghela napas. Kali ini dengan lebih gusar. Teringat olehnya reaksi serta ekspresi teman-teman dan kenalan ketika mereka tahu dia akan (dan telah) menikah. Rata-rata mereka terkejut serta tidak percaya ada manusia yang bisa menaklukan seorang Park Jaehyung yang dikenal keterlaluan, bahkan setan pun tidak berani mendekati pria itu sebab kalah profesional.

Jaehyung tidak menyalahkan hal tersebut, karena dirinya sadar ia bukan orang baik. Dia juga tidak menyangka akan menikah secepat ini. Termasuk...menjadi seorang ayah? Sebuah profesi dan tanggung jawab yang bahkan tidak pernah terpikirkan sedikit pun dalam benaknya.

Namun saat bertemu Wonpil, entah kenapa logika Jaehyung seperti tidak bekerja dan tubuhnya bergerak begitu saja dituntun naluri serta keinginan untuk melindungi gadis tersebut, untuk selalu bersamanya, dan mengiyakan apapun yang dia mau. Bagaimana bisa? Karena selama ini jangankan memanjakan seorang wanita, Park Jaehyung bahkan tidak pernah melihat mereka sebagai gender yang berbeda kecuali untuk organ reproduksi yang mereka miliki.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang