Pieces 39

705 152 63
                                    

"Really I loved you...neomu saranghaesseunikka geureon geoya..." sambil menggumam pelan Younghyun menggerak-gerakkan kedua kakinya yang bersepatu, yang sedang selonjoran di lantai sambil punggungnya bersandar pada dinding di sebelah pintu apartemen Jaehyung. Sekali lagi dia melihat waktu di arloji yang melingkar di pergelangan tangan.

"Lama sekali sih mereka perginya?" pria chubby mencebikkan mulut. "Gara-gara panggilan rapat mendadak di kantor, aku jadi tidak bisa ikut Dowoonie berziarah. Padahal 'kan aku sudah ada rencana menemaninya ngobrol sambil jalan-jalan di bawah pohon kamboja yang berbunga. Tch, pasti romantis sekali! Aaaargghh...dasar rapat sialan!" Younghyun mengomel.

"Hngg~ Dowoonie~" lelaki bertubuh tegap itu makin cemberut, perlahan menjatuhkan diri sampai berbaring di lantai koridor persis seorang gelandangan yang berharap dapat sumbangan dari orang lewat.

"Really I loved you...neomu saranghaesseunikka geureon geoya..." Younghyun menyanyi sendiri untuk mengusir bosan dan rindu yang berkecamuk dalam dadanya.

Ting! Suara khas yang asalnya dari gerakan pintu lift sontak membuat Younghyun terjengat dan buru-buru bangun dari rebahannya di lantai. Dia kemudian berdiri di depan pintu apartemennya sendiri dan seperti akan memasukkan kunci ke lubang kenop. Pria itu menahan posenya untuk beberapa saat hingga dilihatnya lampu di atas pintu lift di lantai tempatnya berada menyala, dibarengi dengan bunyi sama seperti tadi.

Ting!

Pintu lift terbuka dan nampak Jaehyung melangkah keluar bersama Wonpil serta Dowoon di sebelahnya.

"Wah, kalian baru pulang? Kebetulan sekali bertemu di sini," sapa Younghyun dengan menyunggingkan senyum senatural mungkin. Sepasang mata runcingnya berbinar-binar ketika akhirnya dapat melihat wajah Dowoon.

"Ah iya," hanya Wonpil yang menanggapi. "Apa kau juga baru pulang, Brian?" balasnya.

"Begitulah," Younghyun mengesah. "Ada banyak pekerjaan di kantor," cicitnya lalu memberi lirikan sinis pada Jaehyung yang hanya balik menatap datar.

"Pasti berat ya," desis Wonpil polos. "Kalau begitu, selamat istirahat."

"Terima kasih, kau juga istirahatlah. Kalian terlihat capek," ujar Younghyun menyadari raut letih di wajah Wonpil dan Dowoon. Jarak ke rumah Papa Tuan dan pemakaman mungkin tidaklah jauh, tapi selama ziarah mereka pasti melakukan banyak hal. Younghyun tahu karena dia nyaris tak pernah absen mengikuti agenda tahunan wajib di keluarga itu.

"Ne," jawab gadis mungil sambil tersenyum dan beranjak mendekati pintu apartemen untuk menempelkan kunci yang diberikan oleh Jaehyung. Di belakangnya, Dowoon hanya membungkuk kecil memberi salam pada Younghyun sebab sudah cukup mengantuk untuk berbasa-basi.

Kkruukkk~

Tiba-tiba terdengar sebuah bunyi nyaring yang familiar, langsung menghentikan gerakan tiap-tiap orang, dan membuat mereka saling memandang satu sama lain.

Wonpil menatap Jaehyung dan Dowoon yang menggelengkan kepala. Mereka sudah makan sebelum pulang ke apartemen atas ajakan Papa Tuan. Jadi ketiga orang itu pun mengarahkan mata pada satu manusia yang tersisa.

"A-aku baik-baik saja," Younghyun nyengir lebar. "Kalian kalau mau istirahat, masuk saja. Tidak apa-apa. Aku tidak selapar--"

Kkruuuukk~~~

"--itu..." akhir kalimat pria chubby berubah menjadi gumaman tak jelas. Dia berdehem untuk mengurangi rasa malu. Dalam hati sudah ingin sekali langsung membenamkan muka ke tembok terdekat.

"Hyung," suara Dowoon terdengar.

Jangan! Jaehyung menatap tajam adik iparnya, berharap pemuda tersebut akan menyadari telepati yang sedang dia kirim.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang