Hui terdiam, tidak langsung menanggapi kata-kata Jaehyung dan hal tersebut membuat pria tinggi menajamkan mata, mencoba menerka maksud dari keheningan yang dimunculkan.
Apa dia kaget? Apa dia tidak memperhitungkan aku juga akan menyelidiki kasus ini? Atau dia cuma sedang bertindak hati-hati?
Setelah beberapa saat bergeming, tangan Hui yang memegang mouse kemudian nampak kembali bergerak. Mencoba bersikap se-natural mungkin.
"What do you mean, Sir? Is it about our songs?" lelaki yang sedang duduk menghadap komputer akhirnya membalas kalimat Jaehyung dengan tanpa mengalihkan perhatiannya dari monitor dan tetap menyibukkan tangan untuk menyelesaikan mastering lagu.
"Kh--" Jaehyung membuang tawa kecil. Bibirnya membentuk sebuah seringaian.
Dia berlagak bodoh? Pintar juga caranya, batin pria tersebut.
"Aku tidak tahu kalau kata-kataku bisa diartikan seperti itu," desis Jaehyung.
"Is it not? Then, I am sorry," balas Hui dengan nada suara tenang. "I think you're getting annoyed because soundtracks' progress is kinda slow. That's why you come here today to supervise it, don't you?"
"I know your quality. I believe you won't disappoint me--" lelaki jangkung membawa salah satu sudut bibirnya terangkat naik. "--and I hope you will not disappoint me." Dia melanjutkan dengan kalimat yang dipenuhi penekanan.
Hui berdecak tanpa suara. Sepasang mata sipitnya melirik bayangan Jaehyung di layar komputer.
Sebenarnya apa hubungannya dengan masalah ini? Kenapa ia sangat ngotot melibatkan diri dalam urusan pacar temannya? Sampai-sampai dia memancingku untuk mengaku lebih dulu. Ah, apapun alasanmu I ain't that dumb to stupidly take your bait, Park Jaehyung.
"I'll try my best, Sir. Thank you for trusting me," ujar Hui ganti membuat sang produser film memutar mata malas.
Anak ini tidak bodoh. He's absolutely different from stupid pig Brian yang gampang dipancing, gusar Jaehyung dalam hati. Haruskah aku langsung memojokkannya saja?
"Fashion show Victoria Scret kemarin--" pria tinggi menyudahi basa-basinya. "--aku terkejut kau mau datang ke acara seperti itu karena ku dengar kau tidak pernah menghadiri undangan apapun kecuali dari para atasan di kantor. Apa ada hal khusus yang membuatmu pergi ke sana?"
"Nothing special, Sir," jawab Hui masih mempertahankan ketenangan dalam nada bicaranya. "Namjoon bilang satu tiket bisa untuk berdua dan dia merasa sayang kalau jatah makan 2 orang itu tidak diambil jadi dia mengajak saya. Kebetulan saya juga sedang ada waktu luang."
"Kebetulan?" Jaehyung sengaja mengulang satu kata itu menuai lirikan mata sipit Hui di layar komputer.
"Yes. Coincidence." Lelaki yang memegang mouse menjawab dengan nada tegas.
"Hmm, jadi kau sendiri tidak menyangka akan bertemu dia di sana?" gumam pria tinggi dengan suara yang dapat didengar oleh Hui dan mau tak mau membuat laki-laki itu harus merespon kalau tak ingin kelihatan mencurigakan sebab mendadak pura-pura tak dengar.
"...excuse me?"
"Nope, I am talking to myself," ujar Jaehyung. "Sebenarnya aku juga diundang ke fashion show kemarin."
"Really?" tanggapan Hui menyiratkan rasa tidak tertarik dan hanya bertanya untuk formalitas. "Did you come? I didn't see you tho."
"I came. Alone," jawab pria tinggi. "Because someone I know got his own invitation already."
'Someone I know', Hui menyeringai kecil. Mustahil dia tidak tahu siapa gerangan yang dimaksud oleh sang produser film. Siapa lagi jika bukan Kang Younghyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES
Hayran KurguJaePil (GS) BriWoon Day6 Book 1 : The Stranger Book 2 : Closer Book 3 : Pieces "You are a puzzle I don't understand. Each piece represents different picture than my expectation. I don't think I can keep it up. May I give up?"