Pieces 11

1.2K 190 55
                                    

Matahari telah agak lama terbenam ketika sebuah mobil sport melaju dengan geraman halus mesinnya menuju turunan, masuk dalam parkiran basement sebuah gedung apartemen mewah puluhan lantai. Usai menempati salah satu kotak parkir, Bugatti cantik tersebut berhenti menggeram seiring nyala lampu depannya juga padam.

Di belakang kemudi, nampak Younghyun duduk sambil menghela napas panjang. Lelah. Ia memijat keras belakang leher dan kedua pundak, mencoba sedikit meringankan pegal akibat seharian berkutat dengan meeting serta pekerjaan.

Rasanya mau mati, keluh pria chubby dalam hati sembari mengambil tas yang diletakkan di kursi sebelah supir lantas membuka pintu mobil dan melangkahkan kaki keluar.

Pip! Lelaki berbadan tegap menyalakan alarm keamanan di kendaraannya baru kemudian beranjak menuju pintu lift.

Gyut~ baru beberapa langkah ia berjalan, mendadak sebuah pelukan erat mengunci pinggangnya dari belakang dan otomatis menghentikan gerakan sepasang kaki juga. Younghyun hanya menunduk, memperhatikan sepasang lengan kurus berjari lentik dengan sepuluh kuku dipoles cantik oleh kutek serta cincin-gelang menghias, nampak sedang mendekapnya kuat.

Nyuk~ setelahnya dia juga dapat merasakan ada dua benda besar yang empuk menempel geli di punggung lebar.

"Guess who~?" Sebuah suara kedengaran centil menggoda, ia berjinjit di atas high heels untuk meniupkan udara nakal pada belakang telinga Younghyun yang bohong jika tidak langsung merinding menerima hembusan hangat itu.

"Stop it," desis pria berpipi chubby, melepas pelukan di pinggangnya. Ia terlalu lelah untuk menanggapi candaan konyol ataupun rangsangan iseng saat ini. Yang dia inginkan hanyalah mandi dan tidur tenang sampai besok.

"Brian, I miss you~" Hayoung menolak melepaskan tangan dari Younghyun, ia bahkan semakin mengeratkan lengannya sambil menaik-turunkan badan di punggung pria lebih tua sekalian menggesekkan buah dada yang membusung. "Don't you miss me?"

"Never," jawab Younghyun singkat.

"Eii, such a shy boy~" Sambar Hayoung cepat. "Hey, tell me your new pass. Why did you change it? Jae changed his also. Why did you guys do it all of sudden?"

"Shut up," keluh Younghyun. "I don't have time to talk nonsense."

"It isn't nonsense tho," bisik Hayoung sambil semakin menyandarkan tubuh di punggung lelaki dalam pelukannya. "You don't know how much I miss you..." Suara perempuan tersebut mengesah.

"Kau pergi lebih dari sebulan, tidak pernah membalas pesanku, tidak menjawab telponku, aku di sini sendirian. Jae juga melakukan hal yang sama." Hayoung mengusapkan ujung-ujung jari tangannya ke permukaan datar perut Younghyun dan pria bermata tajam menyadari itu.

"Lalu tiba-tiba ada kabar Jae menikah. Kalian tak tahu betapa kagetnya aku. Kalian sangat jahat. You guys left me alone when you said you love me..."

Younghyun diam sejenak.

"Dan sekarang kau juga mau menjauhiku, apa kau ingin meninggalkanku seperti Jae? Brian, I trust you. Don't you remember our past 20 years together? We always side by side. You won't leave me, rite?" Gadis bertubuh ramping mencengkeram kuat kain baju Younghyun. "I know you so well, Babe."

Suasana parkiran basement yang sedang tidak ada satu orang pun manusia kecuali Younghyun dan Hayoung, menciptakan hening yang merambat mengisi jeda di tengah-tengah mereka. Perlahan pria bermata tajam menghela napas.

"Aku sudah tahu, kau putus dari direktur Lamborghini itu," celetuk Younghyun.

"Uhum," Hayoung mengangguk.

"Kenapa?"

"Istrinya memergoki kami mau check in di hotel lalu dia menamparku saaangat keras~" kalimat gadis tinggi terdengar bernada tanpa kesan rasa bersalah.

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang