#RealStory
PART 5 (Ending 2/2) --- You Just Know Me After This.(Perhatian : "Kamu baru saja mengenalku setelah ini." kata Mina. Part ini bakal jadi yang terakhir dari ceritanya Mina. Karena post-nya cerita ini MURNI atas kemauan Mina sendiri, dia berharap, semoga kalian bisa memetik moral dan pengajaran dari bahasa dan sisi dewasa kalian sendiri, ya. Luuuvv yaa yang udah dengerin Mina .... 😢💕)
Ini masih hari yang sama di mana Mina bunuh diri.
Setelah pingsan kurang dari setengah jam, aku kabur dari rumah Pak. RT dan lolos dari pengawasan Kang Dana untuk kembali ke rumah Mina. Di mana aku yakin polisi belum datang, tidak ada yang berani menyentuh mayat Mina yang mungkin masih menggantung di sana, atau bahkan sudah ramai orang di sana, aku pun nekat datang kembali untuk mengutip apa yang bisa kutemukan. Dan cepat atau lambat Kang Dana pasti mencariku.
Dengan wajah pucat, tubuh terasa panas dari dalam dan kepala sedikit pening, aku kembali ke rumah Mina. Tidak ada siapapun di sini. Hening dan tidak ada yang lewat satu orang pun. Sudah ada pengganti garis yang terbuat dari tali rafia. Aku tak tahu siapa yang melakukan ini, namun yang jelas tak akan menghalangiku untuk melakukan apapun.
Aku melangkahi tali rafia itu dan menerobos masuk ke pintu yang masih dalam keadaan tidak terkunci. Aku berlari dan berusaha menahan untuk tidak menangis sewaktu-waktu melihat Mina masih menggantung di atas sana.
Ceklek.
Ya, dia masih di sana. Mataku kembali berbinar, sekarang aku masih bisa berpikir dan menahan tangisku. Dia masih berkondisi sama di atas sana. Kamar yang masih wangi bunga makam yang sama. Dan rasa sedih yang makin terasa. Lehernya terlihat patah karena tambang yang mencekik dan menjerat sempurna di lehernya. Matanya yang melotot itu mulai menunjukkan bintik-bintik pecah pembuluh darah dan urat-urat yang menyembul di bola matanya. Kulit wajah sudah kendur tertarik tali sehingga membuat mulutnya sedikit terbuka dengan menjulurkan setengah lidahnya yang sudah warna putih. Melotot ke bawah, tepat di atasku, seperti akan copot bola matanya ke arahku. Jika aku terus memperhatikannya, aku akan kembali menangis.
Alhasil, aku mengamati sekitar. Mau tidak mau, suka tidak suka. Ada yang tahu atau tidak, aku harus menjadi penyidik dadakan di sini. Setidaknya aku tahu siapa Mina Palsu, dan apa isi dari Diary pribadinya. Tentu tidak bisa sombong atau merasa bangga saat berusaha menjadi detektif untuk kasus meninggalnya sahabatku sendiri, dan aku juga berposisi sebagai saksi mata pertama atas kematian Mina.
Aku menemukan sebuah handphone cukup bagus bermerek Ad*an bersampul hitam, Diary dan sebuah kotak seukuran kotak jam tangan di atas kasur single milik Mina.
Kuambil semua itu dengan tangan kosong, tanpa takut juga tanpa sarung tangan. Hal pertama yang kulihat adalah hape miliknya. Kupencet tombol power untuk membuka kunci.
Tlik.
Layar terkunci oleh sistem keamanan berupa pola.
Aku tidak tahu apa bentuk polanya, sementara aku belum menyentuh layarnya sama sekali. Kusingkirkan perasaan kalut, sementara Mina terus mengawasiku dari atas sana. Lantas aku berusaha berpikir jernih sembari menghadap kaca ventilasi kecil di atas sana dan menyinari layarnya agar terlihat bekas gerakan pola dari tangan mina.
Aku melihatnya! Bekas sentuhan polanya berbentuk 'Z'.
Tuk.
DEG!
Mina memasang wallpapernya dengan foto kami berdua.
Aku langsung membuka log panggilan, Mina menghapus semuanya. Membuka pesan, sudah di hapus semua. Bahkan chat yang ia kirim padaku juga di hapus! Baiklah, aku akan mengeceknya dari ponselku. Kulanjut mengecek note yang berlambangkan kunci, yang pastinya ada kata sandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Horor Nyata
TerrorBerisi kisah-kisah nyata para pendaki dan kisah horor lainnya