Perundungan

2.5K 111 3
                                    

Hari yang menyebalkan! Bagaimana bisa gadis itu bangun kesiangan kali ini. Mungkin karena terlalu lelah bekerja kemarin malam, ditambah lagi tugas sekolahnya yang menumpuk. Alhasil dia harus begadang untuk menyelesaikan semua itu, karena kalau tidak maka dia bisa dihukum membersihkan toilet sekolah yang terkenal sangat menyeramkan dan angker. Sungguh ia tak mau itu terjadi.

Biasanya ia berangkat ke sekolah saat dini hari, dimana belum ada seorang pun disana kecuali penjaga sekolah. Dan pulang juga lebih akhir menunggu situasi telah sepi. Bukan bermaksud sombong atau apapun itu, tapi ia hanya ingin menghindari masalah.

Dia tidak mau bertemu atau berpapasan dengan banyak orang yang hanya akan menghinanya. Jadinya dia lebih memilih mengalah dan menghindar dari keramaian.

Namun sayangnya hari ini nasibnya sedang tidak baik. Dia tiba saat keadaan sekolah sudah sangat ramai dipadati oleh siswa dan siswi.

Dan dugaannya pun benar, tahu bahwa semua orang tak menyukainya jadilah disepanjang jalan gadis itu tidak berani mengangkat kepalanya. Dia hanya menatap setiap jengkal langkah kakinya sembari berpura-pura tuli. Cibiran, tatapan sinis, dan cemoohan, berdengung ditelinga nya.

"Idiot!"

"Eh, si idiot lewat!"

"Piuuuwiitt"

Siulan genit dari laki-laki sudah biasa didengarnya. Cibiran dari cewek-cewek juga sudah jadi makanan sehari-hari baginya.

"Eh bengal!" Ucap seseorang berdiri menghadang langkahnya.

Dia masih berdiri tertegun menatap kebawah tanpa berani melihat pelaku penghadangan yang tentunya sudah ia ketahui dari sapaan dan suara cemprengnya.

Catty, si pelaku tersenyum miring pada kedua temannya, Amel dan Rara yang balas tersenyum penuh arti.

Masih dilorong yang ramai dipadati oleh siswa dan siswi. Bahkan ada yang memang sengaja datang ketika tahu Catty akan membuat ulah kembali.

Catty mengangkat wajah Bella dengan jari telunjuknya agar melihat ke arahnya. Bella hanya bisa terdiam dan meremas jari-jarinya gelisah, menunggu perlakuan seperti apa lagi yang akan diterimanya hari ini. Catty tersenyum manis melihat raut gugup didepannya.

Semua orang sudah siap menonton aksi tersebut, bahkan ada yang mengabadikannya dengan ponsel mereka. Sungguh menjijikan, mereka menganggap bullying seolah hiburan menarik yang sayang untuk dilewatkan.

Bella menatap wajah Catty dengan penuh harap. "Tolong Cat, biarin aku pergi!" Cicitnya memohon agar Catty mengampuninya dan membiarkan dia bisa masuk ke kelas tanpa ada drama.

"Owhh, kenapa wajah lo kayak mau nangis gini sih?" Catty mengelus wajah Bella dengan raut pura-pura kasihan.

Dia melirik penampilan Bella dari atas sampai bawah. Tangannya bersidekap di dada seolah tengah mencari bahan yang akan dijadikan sasaran dari aksinya.

Seulas senyuman terpatri diwajahnya. "Buka jalan!" Dia membuat gerakan dengan tangannya membelah kerumunan.

"Mau ngapain lagi tuh, dia?" Bisik salah seorang siswi kepada teman disampingnya.

"Entahlah, kelakuannya nggak ada habisnya."

"Kasian banget sama Bella." Ujar siswi lainnya sedih.

"Ssstttt, Lo mau dihajar sama Catty cs, kalau sampai mereka dengar gimana?" Timpal temannya membuat ia kincep tak berani membuka mulutnya lagi.

Siapa yang tak mengenal Catty, si ratu bully, Medusa, Mak lampir, nenek sihir, dan bla-bla. Banyak julukan yang cocok disematkan untuknya.

Catty tak pernah sehari pun absen dalam hal membully orang. Selalu saja ada korban, entah itu cowok ataupun cewek. Namanya juga sudah terisi penuh di dalam buku hitam. Ruang BK sudah seperti markasnya, guru-guru yang lain juga sudah lelah menghadapi tingkahnya.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang