"Pak, hasil visum sudah keluar dan pencocokan DNA serta sidik jari juga sudah ada." Lapor anak buah detektif Damar dari sambungan telepon.
"Katakan poin pentingnya saja. Saya tidak punya banyak waktu sekarang," pintanya kemudian.
Terdengar dari dalam sambungan, suara halaman yang dibolak-balik. Baru setelahnya dia kembali membuka mulutnya untuk membacakan garis besar dari laporan kasus tersebut.
"Hasil autopsi, tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh korban, dan dinyatakan murni bunuh diri. Dari atas tempat korban diduga menjatuhkan diri hanya ditemukan sebilah pisau berjenis Jadgkommando. Sementara barang-barang bukti lainnya tidak ditemukan apa-apa. Olah TKP juga menyatakan bahwa ini adalah kasus bunuh diri." Jelasnya.
Detektif Damar hanya bergumam singkat, masih memasang telinganya dengan baik. Toh, itu bukan sesuatu yang mengejutkan baginya karena saat kejadian dia memang ada di TKP. Bahkan dari posisi tubuh itu jatuh sebelum menghantam permukaan, bisa dilihat kalau korban memang sengaja terjun. Didukung pula dengan ekspresi tenang saat dia berada di udara. Mustahil jika itu didorong, karena semua orang pasti akan berteriak histeris mendapat perlakuan seperti itu.
"Tapi pak, ada yang janggal pada keterangan yang didapat oleh tim forensik setelah memeriksa tubuh korban. Ini tidak sinkron dengan data yang sudah kita kumpulkan sebelumnya."
Kening detektif mengerut keheranan. "Tidak sinkron bagaimana maksud kamu?"
" Begini pak, setelah melakukan semua tes analisis, sidik jari milik korban tersebut tidak cocok dengan data yang sebelumnya pernah diambil dari Violence Adira."
Mendengar penuturan tersebut sontak saja detektif Damar terkejut tak percaya. Wajahnya menyiratkan keanehan yang kentara, pikirannya jadi fokus di satu titik. Dia menatap pintu kamar pasien yang ada dihadapannya, mencoba menerka-nerka kenyataannya.
"How?" Kalimatnya terhenti saat dia mengingat percakapannya dengan suster Nessia tadi pagi.
Miss bukan Violence, tapi mereka sangat mirip.
"Pak, anda masih di sana?" Orang diseberang memeriksa karena detektif Damar mendadak diam membisu.
Detektif Damar mengangguk, walaupun tahu jika orang diseberang tidak mungkin bisa melihatnya. "Lalu?" Tanyanya lagi pada anak buahnya tersebut.
"Hal anehnya lagi yang ditemukan, bahwa jasad korban ternyata memang memiliki DNA yang sama dengan Violence Adira. Mereka adalah saudara kandung, pak." Tuturnya menambahkan.
Saudara? Detektif Damar kembali tercengang mendengar hal tersebut. Bagaimana bisa? Bukankah saudara dari Violence yakni Viola sudah meninggal dunia? Terus siapa sosok si Miss ini? Atau jangan-jangan ternyata Viola masih hidup. Tapi, jika benar begitu maka yang dikubur atas nama Viola itu siapa? Tes DNA Viola juga sudah menunjukkan hasil yang meyakinkan kalau wanita itu sudah meninggal. Astaga, konspirasi apa yang terjadi di sini! Ini kasus yang sangat-sangat rumit.
____
Terlalu lama menunggu, akhirnya seseorang yang tengah mereka jaga sedari tadi menunjukkan tanda-tanda kesiapannya. Seorang dokter yang menangani pasien tersebut menemui detektif Damar sembari memberitahukan beberapa hal. Masih dengan ditemani Dewi, sementara Algio sudah lebih dulu pulang ke rumah dan komandan Beno tengah menjemput seseorang.
Terlihat, detektif Damar mengangguk paham dengan ucapan dokter tersebut. Baru setelahnya mereka berdua dipersilahkan untuk masuk ke dalam kamar pasien. Sebelumnya, detektif Damar sudah memberikan instruksi kepada rekannya yang lain untuk mengambil alih dalam menangani kasus kematian Willandika. Sebab, sekarang dia harus benar-benar fokus dengan kasusnya yang sudah mulai menemui titik terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Mystery / Thriller( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan seny...