Titik terang

537 39 5
                                        

"Bakar Viola Adira hidup-hidup."
__

Detektif Damar mengerutkan keningnya, semakin tak menyangka setelah mendengar penuturan tersebut. Tapi, dia tidak mau menyela cerita Suster Nessia dan memilih kembali menyimak saja sampai selesai.

"Saya yang mendengarnya langsung melotot pada Dika, berharap agar lelaki itu tidak menuruti ucapan wanita gila tersebut. Melihat tindakan saya, wanita itu bertambah murka. Dia mengecam saya ketika saya berusaha menghentikan Dika. Namun, Dika sepertinya tidak bisa berbuat apa-apa karena saat itu si Miss ini mencekik leher saya." Ungkap suster Nessia kala itu menangkap gurat Willandika yang semakin panik melihatnya mulai kehabisan napas.

"Karena tidak ada pilihan lagi, melihat saya hampir kehabisan oksigen, akhirnya Dika mengiyakan. Setelah mendengar persetujuan Dika tersebut, Miss melepaskan saya. Namun, belum sempat menghirup napas legah, saya kembali merasakan sesuatu yang sangat keras menghantam tengkuk saya. Gelap seketika yang saya rasakan setelahnya."

"Anda pingsan karena dipukul?"

Suster Nessia membenarkan hal tersebut. "Dan mirisnya saat terbangun, saya sudah berada di dalam ruangan yang sangat tertutup. Bahkan tanpa sedikitpun cahaya matahari dengan kondisi leher yang dirantai."

"Jadi, selama ini anda disekap?" Dewi menatap tak percaya. Mereka memang mengira jika suster Nessia telah melarikan diri atau lebih buruknya dihabisi oleh Miss.

Suster Nessia mengangguk singkat. "Saya tidak tahu sudah berapa lama di dalam sana, rasanya saya ingin bunuh diri. Sampai suatu hari, ada seorang anak muda yang akhirnya membantu saya keluar dari neraka itu."

"Apa mereka melakukan sesuatu kepada anda selama dikurung di tempat itu?" Selidik detektif Damar.

Wanita itu menggeleng. "Mereka tidak melakukan apapun, ataupun menyakiti saya. Tapi, beberapa kali saya hanya mendengar dari luar ada yang mengancam akan membunuh saya jika pria yang saya duga adalah Dika tidak menuruti perintah Miss."

"Kau mengenali salah satu dari mereka?" Detektif Damar penasaran.

"Sebenarnya selama disekap, saya tidak pernah bertemu mereka secara langsung. Baik Miss ataupun Dika. Yang ada hanya dua orang bertopeng yang rutin mengganti pakaian saya dan memberikan makanan untuk saya. Bahkan saya juga baru beberapa bulan belakangan ini menyadari jika Dika ada diantara salah satu dari yang menyekap saya." Ungkapnya menjelaskan.

Memang benar, suster Nessia selama ini tidak tahu dia berada di mana dan karena ulah siapa. Meskipun hal terakhir yang dia ingat sebelum pingsan adalah Willandika dan wanita itu, tetapi selama bertahun-tahun dikurung dia tidak pernah bertemu kedua orang tersebut. Akhir-akhir ini saja, suster Nessia mengetahui kalau Willandika yang sebenarnya adalah alasan mengapa dia dikurung. Itupun karena tidak sengaja mendengar percakapan mereka didepan pintu.

Suster Nessia ingat betul bagaimana murkanya Miss ketika mendapati Willandika menemuinya. Miss mencaci makinya seraya mengancam akan membunuh suster Nessia karena Willandika lancang sekali menunjukkan wajahnya. Setelah Willandika mengakui kesalahannya pada suster Nessia, semuanya tetap tidak berubah.

Dia seringkali memohon agar segera dibebaskan. Namun, pria itu tidak menunjukkan adanya pergerakan akan membebaskannya dari belenggu tersebut. Adapun cuman janji-janji busuk yang sudah muak didengar oleh suster Nessia karena tidak pernah terwujudkan.

"Terus, apakah anda melihat muka Miss? Anda mengenalnya atau tidak? Katakanlah!" Detektif Damar semakin gencar. Dia menaruh harap yang sangat besar terhadap wanita dihadapannya ini.

Anggukan kecil membuat detektif Damar semakin tak sabaran. "Saya melihatnya. Mereka sangat mirip." Aku suster Nessia.

"Se_"

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang