questus cerritulus

410 28 24
                                    


"Saya minta laporannya secepat mungkin. Dan tolong nanti file-file korban yang beberapa hari terakhir juga di hantarkan ke rumah saya."

"Baik, pak!"

"Satu lagi, bilang ke komandan Beno, kalau sudah selesai mengevakuasi korban nanti langsung hubungi saya."

"Iya, pak!"

Detektif Damar menghembuskan napas beratnya. Pijatan kecil dia lakukan pada bagian depan kepala yang terasa pening dan berat. Sebisa mungkin dia menahan diri untuk tidak tidur selama semalaman demi mengamini permintaan Bara yang menyuruhnya mengawasi pergerakan anak itu dari balik monitor.

Memang, sebelumnya itu tugas Algio dan Tante Dewi, tetapi kali ini Bara melimpahkan semua kepada pria itu. Bagian memuakkan hingga nyaris ia mengeluarkan semua isi perutnya tatkala menyaksikan adegan Arya dan Bara saat tengah membantai Edgar. Perutnya bergejolak ingin muntah saat hal mengerikan sekaligus menjijikan itu terjadi. Alhasil, pagi ini dia tidak bisa datang ke TKP untuk melakukan investigasi terhadap korban yang bernama Alvin. Lagian percuma juga, toh dia sudah tahu rentetan peristiwa itu bermula dari balik layar yang dia pantau.

Ternyata seperti ini pekerjaan agen rahasia Arcanus. Benar-benar mengerikan. Bahkan setiap detail pergerakan begitu mudah terlacak melalui kamera kecil sekalipun. Semua ponsel, baik milik Alvin, pak RT, serta beberapa warga sebelumnya telah diretas oleh Dewi untuk mempermudahkan detektif Damar mendapat informasi. Tidak bisa diremehkan, mereka memang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata.

Sekarang ia kelelahan, baik mental maupun fisik. Keadaan memaksanya untuk bekerja dari rumah hari ini. Beruntung pagi-pagi sekali Dewi menemuinya di rumah, untuk sekedar memastikan kesehatannya. Firasat wanita itu memang kuat. Saat ini, Dewi tengah mempersiapkan sarapan untuk detektif Damar dengan sangat telaten, bak seorang istri mengurus kebutuhan suaminya. Sementara detektif Damar masih harus menghubungi anggotanya untuk update-an kasus yang tengah terjadi.

"Mau dipijitin nggak?"

Detektif Damar yang semula memejamkan mata perlahan kembali membukanya. Dia mendengus kala mendapati dua orang yang menjadi penyebabnya pusing tengah berdiri dihadapannya dengan wajah tak berdosa. Entah kapan dua orang itu masuk, dia tak menyadarinya.

"Seharusnya kalian bersihkan badan dulu sebelum datang kemari," ujarnya sedikit tak nyaman melihat penampilan lusuh dua anak tersebut.

"Mana sempat, keburu telat!" Celetuk Bara memainkan tangannya bak adegan dramatis di iklan, hal tersebut justru ditanggapi tawa oleh sang sahabat disampingnya.

Sekali lagi, detektif Damar hanya bisa mendesah pasrah. Dia tidak lupa sedang berbicara dengan anak-anak yang tidak memiliki kewarasan mumpuni.

"Gimana, om. Hebat nggak cara main kami?"

"Lebih dari hebat. Kalian memang titisan Lucifer!" Tanggapnya atas pertanyaan konyol dari Bara. Bisa-bisanya mereka memuji hal tak masuk akal begitu. Tapi, memang detektif Damar akui bahwa ia terkesan dengan cara main mereka. Anti-mainstream.

"Sekarang katakan, dari mana kamu tahu kalau itu semua rencana Miss juga?" Kali ini detektif Damar menagih janji.

Ya, sesuai kesepakatan jika detektif Damar ingin Bara membuka mulutnya maka pria itu harus mau mengikuti syarat yang dia buat. Tidak susah, hanya mengawasi pergerakan anak itu satu malam ini saja. Namun, yang tidak susah itu malah membuat detektif Damar menyesali keputusannya. Kalau tahu akan melihat aksi pembunuhan secara live streaming lebih baik dia tolak saja kesepakatan tersebut.

Bara melayangkan sunggingan penuh arti kepada Arya yang justru memutar bola mata malas. Arya sepertinya tahu apa yang ada di dalam pikiran cowok itu. Pasti dia akan berulah kembali. Lihat saja, nanti kalau terjebak jebakan sendiri jangan harap Arya akan menolongnya. Ogah!

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang