Mendua

436 28 2
                                    


Prangg....

"Anak itu benar-benar cari mati!" Miss kembali menendang serpihan kaca yang telah berserakan di lantai.

Untuk kesekian kalinya Bara menggagalkan upaya Miss menghabisi para targetnya. Tak cuma menggagalkan, anak itu bahkan membunuh anak buah yang ditugaskan oleh Miss. 

Dia melotot tajam pada Will yang berdiri dengan tegap di depannya. "Saya akan turun tangan," ujarnya.

"Bagaimana dengan dia?" Sahut Will.

"Saya punya rencana bagus,"

_______

Bella ingin meminta maaf. Semua tuduhannya terhadap Bara kemarin mungkin sangatlah keterlaluan menurutnya. Dia tahu, Bara memang bersalah terkait kasus kematian ke-dua orang tuanya, tetapi perlakuan gadis itu kemarin tidaklah pantas. Karena walau bagaimanapun, Bella mestinya harus ingat jika selama ini Bara sudah banyak membantunya bahkan beberapa kali menyelamatkan nyawanya.

Dia ingat betul kemarin, saat dia mendorong kuat tubuh Bara hingga laki-laki itu terhantuk loker. Bella juga menyaksikan bagaimana Bara yang biasanya mudah sekali tersulut emosi tiba-tiba diam ketika gadis itu mencaci makinya. Rasanya sangat berlebihan, tapi keadaan Julian juga memaksanya bersikap seperti itu. Sekarang, saat mengetahui niat Bara yang sesungguhnya dia jadi merasa bersalah.

Menyesal. Tidak seharusnya dia begitu sarkastik. Itu bukan Bella yang sesungguhnya.
Ditambah ketika Julian mengetahui alasan Bara melarangnya bertanding, cowok itu berulang kali meminta agar bisa bertemu dengan Bara. Itu yang membuat Bella semakin diliputi penyesalan dan berniat menemuinya.

Hari ini, di sekolah dia ingin meminta maaf langsung kepada Bara terlepas dari masalah orang tuanya. Rupanya suasana sekolah cukup ramai, banyak dari mereka membahas aksi Bara yang menyelamatkan siswa SMA Ganesha kemarin. Mendengarnya, Bella semakin ingin segera menemui cowok itu dan meminta maaf sekaligus mengucapkan terimakasih karena sudah mencegah Julian jadi korban penembakan.

Mencoba memberanikan diri, Bella mendatangi kelas Bara. Siapa tahu cowok itu ada di sana. Semoga saja.

"Permisi," Bella mencegah langkah dua orang siswa yang tidak sengaja melintas.

"Eh, Bu Boss," sapa Davi mengetahui orang yang menghentikannya adalah Bella, pacar dari bosnya. Hampir saja tadi dia mengumpat karena kaget.

"Kenapa?" Tanya Rijal.

"Kalian lihat Bara?" Ujar Bella.

Tak serta-merta menjawab. Davi dan Rijal malah saling delik seakan memberikan isyarat.

"Bos Bara lagi_"

"Dia lagi tidur di gudang. Sebaiknya Bu Boss jangan ganggu, takutnya Bos Bara ngamuk." Rijal menyela ucapan Davi. Dia takut sahabatnya itu malah membeberkan sesuatu yang berusaha mereka tutupi.

"Iya, nanti Bos bisa ngamuk," Davi menambahkan agar Bella mempercayai alibi mereka.

"Oh, gitu. Makasih, ya." Bella mengulas senyum tipis, kemudian pamit dari sana.

"Untung aja nggak keceplosan," Davi merutuki mulutnya sendiri saat Bella sudah benar-benar pergi.

"Dasar ember!" Cibir Rijal kesal.

_____

Usai mendapat petunjuk dari kedua sahabat Bara, Bella tidak mengurungkan niatnya untuk mencari kekasihnya itu. Dia malah memutar kakinya ke lantai satu menuju gudang. Tidak perduli dengan peringatan dari Davi dan Rijal tadi, yang terpenting sekarang dia harus meminta maaf pada Bara. Karena perasaannya seakan ada yang mengganjal jika belum diutarakan kepada Bara.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang