rapta

394 37 5
                                    


"Kemana kita akan pergi, pak?" Tanya komandan Beno setelah mereka tiba di dalam mobil.

Detektif Damar lantas memasang sabuk pengamannya, masih dengan ekspresi yang seperti orang terburu-buru. "Minta bala bantuan. Kita akan menyelamatkan Arabella dari penculikan." Suruh nya tidak menanggapi pertanyaan komandan Beno.

Pria itu nampak terkejut. "Bukannya Arabella ada di kantor polisi?" Komandan Beno keheranan.

"Segeralah minta anak buah mu menyusul. Kita harus menghentikan Bara sebelum dia membunuh pelaku utamanya." Pria itu lantas memacu kemudi usai mengatakan apa yang menjadi penyebab kekhawatirannya saat ini.

Telepon dari Algio tadi yang membuatnya harus bertindak cepat. Detektif Damar tidak akan membiarkan sosok yang dicurigainya kali ini lenyap ditangan Bara lagi, sama seperti Miss. Mendengar penuturan Sofia tadi dia seketika paham, siapa Miss sebenarnya. Ya, Miss adalah Violetta, kembaran dari Violence dan Viola. Dengan semua bukti yang dia dapatkan, sekarang kesimpulannya ada pada satu nama. Detektif Damar yakin, pasti orang itu adalah dalangnya.

Tidak menunggu penjelasan lagi, komandan Beno pun segera menelpon kantor pusat agar mereka bisa mengirimkan anggotanya. Sebab, separuh masih bertugas membereskan jasad Willandika yang entah bagaimana bisa ada di RSJ tersebut.

____

Julian nyaris spot jantungan kala mobil miliknya yang dikendarai oleh Bara mendadak berhenti. Matanya melotot sempurna dengan deru napas naik-turun, Julian menelan ludah kasar. Cowok disampingnya ini menjalankan mobil bak orang kesurupan. Dengan mengesampingkan keselamatan diri sendiri bahkan Julian, guna mengejar mobil yang membawa kekasihnya. Tepat di sebuah pekarangan mansion mewah, mereka memarkirkan mobilnya sembarang tempat.

Bara melirik Julian yang nampak celingak-celinguk memperhatikan bangunan megah didepannya ini.
"Lo boleh ikut, tapi nyawa ditanggung sendiri." Ujarnya to the point. Maksudnya, dia tidak bisa melindungi Julian jika laki-laki itu bersikeras untuk masuk ke dalam. Mereka tidak tahu bahaya apa saja yang tengah menanti di sarang Monster tersebut.

Otak Julian masih berusaha mencerna kalimat barusan yang dia dengar, namun sayangnya Bara sudah berlari terlebih dahulu menuju ke arah pintu yang memang sudah terbuka lebar seakan menyambut kedatangan mereka. Langkah lelaki itu ikut terhenti melihat Bara yang berdiam diri di depannya secara mendadak. Julian melihat beberapa pria dengan pakaian serba hitam membungkuk hormat kepada Bara.

"Salvete, Princeps!" Ujar mereka serempak.

Terdengar Bara mendengus jengkel, tidak menyukai kehadiran orang-orang itu. Julian hanya bisa terdiam membisu, menatap aneh tingkah mereka semua.

"Dominus mengirim kami kemari. Dan kami sudah melakukan tugas dengan melumpuhkan semua anak buah target." Tutur salah satu dari mereka.

"Kampret! Gue nggak butuh bantuan kalian, anjing!" Umpat Bara tidak senang. Dengan emosinya, cowok itu kembali melanjutkan langkahnya mencari si target yang berhasil menyulut amarahnya.

Julian yang tidak tahu apapun hanya bisa melongo kebingungan. Siapa orang-orang ini dan kenapa mereka bersikap hormat pada Bara? Dia seperti orang bodoh yang menerka-nerka.

"TOLONG!"

Bara mendongakkan kepalanya, begitupun Julian dan semua orang yang ada di sana.

"Ara," Julian dibuat panik melihat kondisi sahabatnya saat ini.

Bara menggertakkan giginya, geram. Beraninya wanita itu memperlakukan sang kekasih dengan kasar. Terlihat dari lantai atas, seorang wanita paruh baya tengah mencekik leher Arabella dan seperti akan menjatuhkannya dari lantai atas tersebut.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang