Merindu

477 31 22
                                    

Daviiiiiiiii telah mengganti nama grup dari "Ganteng-ganteng kumanan🐊" menjadi "Boys squad"

"Iyuwehhh, alay bet lu!" Celetuk Rijal bergidik, menatap jijik sebuah notifikasi yang muncul di layar handphonenya.

Davi menaikkan sebelah alisnya.  "Keren kali, selera lu aja kampungan!" Cibirnya.

"Ganti-ganti, apaan sih Squad, kek Jamet tau nggak!" Protesnya nya tak suka.

Cowok itu memutar matanya malas, namun tetap melakukan apa yang disuruh oleh Rijal.

Daviiiiiiiii telah mengganti nama grup dari "Boys squad" menjadi "jamet tau nggak!"

Sontak Rijal membelalakkan matanya karena lagi-lagi notifikasi itu memberikan kabar yang buruk.

"Si ogeb! Otak lu nggak ada kreativitasnya, ya! Ngapain copas kalimat gue barusan?!" Damprat nya kesal.

Davi menukik tak terima. "Otak Lo tuh yang nggak beres! Salah mulu, mikir sendiri sono. Capek gue, ini salah itu salah!" Ambeknya melemparkan ponselnya kepangkuan Rijal.

Betapa ia tidak kesal kalau dari lama mereka mendiskusikan nama grup chat yang terdiri dari tiga Dajjal itu, akan tetapi tak kunjung membuahkan kesepakatan. Rijal selalu menuntut Davi mengembangkan idenya sementara ia sendiri tidak mengusulkan nama apapun. Kerjaannya cuma tukang protes dan ngomel-ngomel nggak jelas. Terakhir, keputusan mereka adalah perdebatan yang berujung kata terserah oleh Rijal. Alhasil Davi mengetik apa yang ada di otaknya, inilah penyelesaiannya.

"eh, handphone gue mau diapain?"

Sepertinya Davi menyesal telah melakukan hal barusan, kalau tahu akan mendapati ponselnya telah berpindah ke tangan Bara.

"Bos," sapa Rijal sama terkejutnya dengan kedatangan cowok itu.

"Please bos, jangan! Itu hape gue satu-satunya." Davi memasang wajah memelas.

Miris sekali jika benda itu sampai dilemparkan, bisa hancur sehancur-hancurnya. Davi tahu jika Bara adalah orang yang nekad, kejahilannya saja sangat keterlaluan. Tidak heran dia begitu khawatir melihat handphone tersebut berada digenggaman Bara.

Hap

Beruntung gerakan cowok itu sigap dalam menyambar handphone-nya. Benar kan dugaannya kalau Bara bisa saja menghancurkan harta paling berharga itu tanpa berpikir panjang.

"Sialan lu, bos. Dateng-dateng main rampas milik orang!" Umpatnya pada Bara sembari mengelusi benda pipih itu dengan sayang.

"Lebay," celetuk Bara terkekeh mendengarnya.

"Asal kalian tau, isi nih hape berharga banget tau! Bahkan gue lebih rela kehilangan nyawa Rijal daripada ini." Jelas Davi.

Mendengarnya tentu saja membuat si empunya nama tak terima.  Bisa-bisanya Davi berbicara seperti itu setelah sekian lama mereka menjalin persahabatan. Emang definisi teman bangsat.

"Alah, penting pala lo sengklek!" Hardik Rijal menimpali. "Palingan isinya video bokep. Iya kan? Ngaku lu! lanjutnya suudzon.

"Astaghfirullahal'adzim," Davi mengelus dadanya berusaha sabar. Sumpah rasanya Rijal ingin muntah melihat ekspresi sahabatnya itu, menggelikan. "Tapi bokep kan penting juga, buat pencerahan masa depan." Tambahnya.

Baru juga istighfar, disambung lagi dengan kalimat tak senonoh. Memang benar-benar titisan Dajjal.

"Masa depan, ndasmu!" Sungut Rijal tak habis pikir.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang