sequitur fluxus

374 33 0
                                    

Mereka semua sudah berada di dalam markas Arcanus yang terletak di bawah mansion megah milik keluarga Arenandra Manggala. Tepatnya di sebuah ruangan khusus pemimpin organisasi rahasia tersebut, Dominus, begitu dia dipanggil.
Bismo bersandar nyaman pada tahtanya, kursi kebanggaannya dengan didampingi oleh Mike disisi kanannya. Memperhatikan mereka yang baru saja tiba di dalam ruangan tersebut.

Sementara Reno mengambil tempat di sebuah kursi dekat dengan laci kecil yang tidak jauh dari meja Bismo. Untuk detektif Damar, Dewi, dan Algio, memilih duduk pada sofa yang memang disediakan di sana. Sedangkan Bara, hanya berdiam diri menyender pada salah satu sudut menyaksikan formasi absurd orang-orang itu.  Dia memang lain daripada yang lain. Tak heran, Bismo tersenyum tipis melihat tingkah cucunya yang satu itu.

"Dominus, izin untuk berbicara." Detektif Damar membuka suara.

"Saya tahu apa yang ingin kamu tanyakan, Damar. Tenang saja, semua akan berjalan dengan lancar." Sahut Bismo.

"Tapi, Dominus. Keadaan kantor pusat kali ini bergantung pada hasil kasus yang sedang kita tangani ini. Masyarakat juga sedang kacau, mereka menuntut klarifikasi."

Bismo diam menyimak penjelasan detektif Damar, kemudian tatapannya menyelidik pada sang cucu yang kini terlihat sibuk dengan pikirannya. Bara seperti melamunkan sesuatu.

"Apa kamu mendengarkan?"

"Hah?" Wajah Bara seketika menoleh dengan raut bertanya, cengo. "Kenapa, Kek?" Tanyanya kemudian pada Bismo.

"Kamu harus segera mengakhiri ini." Tutur Bismo menegaskan.

"Tidak bisa secepat ini, kek,"

"Apa maksudnya tidak bisa, Bara? Kamu telah membuat kesalahan besar dengan membunuh Violence. Dan sekarang khalayak mempertanyakan mengenai ketelatenan juga citra para polisi dalam peristiwa ini. Kamu bukan hanya membahayakan mabes polri, tapi juga pertahanan negara. Sekarang, kamu mau menghilang begitu saja?" Sahut detektif Damar tidak habis pikir. Dia jadi terpancing emosi sampai-sampai meluapkan semua keluh kesahnya akan perbuatan merugikan cowok itu.

"Damn, you!"

"Bara!" Tegur Dewi ikut naik pitam mendengar umpatan anak itu.

Bara mendengus jengkel, apalagi saat ini semua mata menyorotnya seakan menghakimi. Dia sedang berusaha mencari jalan keluarnya sebab ini diluar kendali. Bara tidak akan menyangka kalau berita meninggalnya Violence akan tersebar luas hingga ke berbagai media. Sekarang, dia terjebak dalam jeratannya sendiri. Arya memang teman laknat! Kejutannya kali ini bukan hanya untuk Bara, tapi sekaligus membuat identitas Arcanus hampir terancam.

Sekarang, Bismo pun harus turun tangan membereskan semua masalah. Musuhnya, Lord Dirgantara sudah menyerahkan diri sesuai dengan kesepakatan mereka. Akan tetapi itu bukan menjadi akhir dari permainan mereka, lagi-lagi si licik itu membuat ulah. Tidak kakek, tidak cucu, keduanya sama-sama merepotkan, pikir Bara geram.

Detektif Damar juga tanpa berpikir panjang lagi, dan mungkin karena kondisinya sudah lelah jadi asal menyemburkan kata-kata bernada tak sukanya atas tindakan Bara. Tindakan cowok itu pun mencengangkan, bahkan mereka yang ada di sana juga tidak menyangka kalau Bara akan mengambil jalan menghabisi nyawa Violence. Tanpa koordinasi dengan Reno ataupun Bismo, dia bertindak sendiri. Saat masalahnya meluas barulah dia mau menemui semua orang.

Jika ditanya Bismo, apakah dia marah? Tentu saja tidak. Toh, memang misi ini terserah pada Bara. Dan resikonya juga harus ditanggung oleh anak itu. Tapi, yang membuatnya merasa harus membicarakan ini karena menyangkut pemerintahan, dan detektif Damar adalah orang yang paling tertekan di sini. Semua orang enak karena misi mereka rahasia dan identitas tidak akan tercium oleh publik, lain halnya dengan detektif Damar. Pria itu menjadi sorotan utama dalam masalah yang ada.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang