Baby bastard

1K 50 0
                                        


"Gerbong ke berapa?" Cowok itu menekan earpiece ditelinga sebelah kanannya, menyimak penjelasan orang di seberang sana dengan seksama sembari memperhatikan keadaan sekelilingnya telah ramai dipadati penumpang yang tengah menunggu jadwal kereta lokomotif bawah tanah seraya menyibukkan diri dengan berbagai macam urusan. Ada yang main ponsel, ada yang sedang berbincang, ada pula yang cuma berdiam mematung tanpa tahu apa yang dipikirkan.

Dia sekarang ini sedang melakukan sebagian kegiatan dalam misinya, dimana targetnya kali ini merujuk pada antek-antek seorang mafia dari dalam negeri. Peretasan sudah dari dua hari yang lalu Bara lakukan dibantu oleh Algio yang menjadi juru kuncinya. Sebab data-data target mereka hanya abangnya yang tahu, jika ingin cara Bara ya sistem tebas bebas aja. Akan tetapi berhubung kendali dipegang oleh Algio sebagai iudex, jadi terpaksa Bara cuma bisa menurut 'sebentar'.

"Gerbong utama yang terletak di area VVIP dengan akses cukup sulit juga terdapat banyak alat keamanan canggih yang disetel secara otomatis. Gue saranin lo jangan melakukan pergerakan tiba-tiba yang bisa membahayakan." Tutur Arya sebagai hacker andalan Bara.

"I know,"

Ya, kali ini dia mempercayakan semua kepada rekan sekaligus musuhnya sebab Algio sedang tidak mood melakukan apapun. Begitulah abangnya, selalu saja menghindar ketika dibutuhkan. Giliran Bara asal bertindak pasti dibilang gegabah, padahal si empunya yang lemot. Beruntung Algio masih sigap membantunya memilih target dan mempersiapkan segala kebutuhan Bara ketika hendak bertugas. Sekarang mau tak mau dia meminta Arya dalam mengontrol kegiatannya supaya tidak mengakibatkan kekacauan berlebih.

Langkah kaki cowok itu semakin cepat tatkala matanya tidak sengaja menangkap siluet seseorang yang berdiri di balik tiang dekat stasiun pertama, tepatnya disebelah rel kereta. Orang itu cukup mencurigakan, sama seperti dirinya yang memisahkan diri dari keramaian. Tapi seingatnya, Bara pernah melihat pria itu sebelumnya. Tak lama sunggingan tipis terbit diwajahnya, seringai penuh arti mematikan.

"Him,"

Segera Arya mengamati tangkapan layar yang dikirimkan oleh Bara melalui lensa mata aktif itu. Matanya menyipit mencoba menilik dengan seksama. Tangannya pun mulai bergulir lincah diatas permukaan keyboard, menekan beberapa tombol yang diperlukan.

"Correct. He's not the target but it doesn't matter. let's started!"

Lagi, seringai lebar semakin tampak diwajah tampan khas Eropa-Asia itu. Bara mendapatkan sinyal lampu hijau mendengar ucapan Arya barusan. Meskipun bukan targetnya tapi tidak masalah, dia akan memulai permainannya dengan orang itu. Pergerakannya terbilang santai tak memancing rasa curiga semua orang, namun sebelumnya ia menyempatkan diri untuk menyapu pandang setiap penjuru tempat, mengamati jika saja ada pihak lain yang bersama si korban.

"Cctv?"

"Udah dalam kendali gue," ungkap Arya melirik jejeran komputer disekelilingnya. Cowok itu memang selalu bisa diandalkan.

Bara merogoh saku celananya dan dengan perlahan melepaskan bidikannya. "Come on, Baby bastard! Bawa dia ke gerbong maut kita," ucapnya pada robot kecil berbentuk lalat itu.

"Anjing Lo, Bar!" Kekeh Arya memantau tindakan cowok itu. Bisa-bisanya Bara menamai robot itu baby bastard alias bayi bedebah.

Tak terlalu menanggapi, Bara sibuk mengaktifkan robot kecil yang ukurannya hanya 0,5mm atau setara ujung jari kelingking manusia. Perlahan tapi pasti, baby bastard terbang layaknya seekor lalat sungguhan yang kehadirannya bahkan tidak diindahkan semua orang.

Dengan sinyal langsung dari mata Bara dan terhubung melalui kendali otaknya mempermudahkan baby bastard sampai ke tujuan tanpa perlu tersesat. Jaraknya lumayan jauh untuk seorang Bara, jadi dia bisa bersembunyi dari jejaknya tanpa harus takut dicurigai.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang