Do'a ku setiap hari
'semoga semuanya cepat berakhir. Entah itu penderitaan ku atau mungkin hidupku.'_Bella_
_______Perlahan, Bara menurunkan tubuh Bella ke atas kasur yang berada diruangan UKS. Ya, cowok itu ternyata membawanya ke sana.
Sejenak Bella bisa menghembuskan napas legah, pikirannya kalau Bara akan membawa dirinya ketempat menyeramkan lenyap seketika. Akan tetapi, bukan berarti dia bisa terbebas begitu saja. Cowok itu pasti memiliki rencana jahat lainnya.
"Nggak usah suudzon." Celetuk Bara menghadiahkan jitakan dikening Bella. Cowok itu seakan bisa membaca pikirannya. Sedari tadi Bara menatap cewek dihadapannya ini yang tengah melamun seperti memikirkan sesuatu.
Tentu saja, bagaimana Bella bisa tenang kalau sekarang dia tengah berada di tempat tertutup bersama seorang cowok yang dijuluki malaikat maut SMA Manggala. Hanya orang tidak waras yang bisa tenang, kalau Bella tentu saja masih sangat waras untuk menyadari bahaya yang mengintai kini berada didepan mata.
"Lima menit, awas lu kalau kabur. Tunggu disini, jangan gerak kecuali bernapas atau kalau mau berhenti napas juga nggak apa-apa." Ujar Bara membuat Bella menatapnya bingung.
"Ngerti nggak?" Bentaknya, dengan sekali anggukan Bella menjawab takut.
Tak mengucapkan sepatah kata lagi, Bara langsung berlari meninggalkan Bella didalam ruangan UKS sendirian. Akhirnya cewek itu bisa sedikit tenang.
Bella menyenderkan tubuhnya Ketepian ranjang, sesekali ringisan kecil terdengar saat tangannya tak sengaja menyentuh lengan yang lebam bekas lemparan bola basket tadi. Dia tidak mengerti mengapa setiap hari pasti ada saja orang yang menyakitinya baik secara fisik maupun mental.
Mengapa semua orang membencinya padahal dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun terhadap mereka.Setitik cairan kristal bening melesat dari sudut matanya mengingat bagaimana pandangan semua orang terhadapnya. Bukan lemah, dia hanya sedikit lelah menghadapi semua cemoohan ini.
Apakah sehina itu dirinya? Tapi apa kesalahannya sampai mereka begitu kejam.Bella tak hentinya berdo'a agar semuanya cepat berakhir. Entah itu penderitaan yang dialaminya atau mungkin hidupnya.
"Semoga semuanya cepat berakhir." Ucapnya dalam hati.
___________________
"Gue heran, yang jadi babu itu Lo apa si udik itu sih?" Cibir Catty berdiri dibelakang Bara yang sedang menunggu penjaga kantin mengambilkan termos air untuknya.
Bara tersenyum tipis menoleh dan mendapati Catty yang tengah bersidekap dada memandangnya penuh selidik.
"Eh, ada miauw!" Ujar Bara mengganti penyebutan nama Catty menjadi suara kucing.
Catty sendiri sudah terbiasa dengan sebutan itu, terlihat dari rautnya yang tidak terusik sama sekali.
"Jawab gue Bar, yang jadi babu itu Lo atau si bengal itu?" Tuntut nya seperti tak suka.
"Hussstttt," Bara menempelkan telunjuknya dibibir cewek itu. "Sesama jenis kucing nggak boleh saling hina." Sambungnya.
"Bara, ih nggak Sudi. Jangan Lo sama-samain gue sama si udik, cupu, bengal-bengal itu. Iuwhhhh bukan level gue." Tolak Catty mentah-mentah. Mana Sudi dia disandingkan dengan Bella si cupu yang disebutnya bengal itu.
Hal tersebut justru membuat Bara tergelak hingga membuat cewek itu semakin kesal.
"Lo sama dia, ya jelas nggak se level. Bengal tuh kucing mahal sedangkan lu kucing liar yang nggak ada harganya sama sekali. Di kolong jembatan juga banyak yang modelnya kek lu." Ejek Bara tertawa puas melihat raut wajah Catty semakin menekuk karena kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Mystery / Thriller( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #detective #Riddles #murung #Toxic #psychokiller #Latin Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan senyum hangatnya. Hidupnya s...