interrogatio 2

459 28 27
                                    

"Baru pulang sekolah, Bel?"

Gadis itu mengurungkan langkahnya saat akan memasuki teras rumah usai memarkirkan sepedanya. Ia berbalik menghadap sang tetangga yang barusan menyapanya.

"Iya, mas." Jawabnya tersenyum tipis.

Alvin menelan ludah dengan susah payah. Senyuman itu membuat jantungnya berdegup kencang. Dia sangat menyukai pemandangan tersebut meskipun hanya sekilas.

"Tumben udah sore," celetuk Alvin mencairkan suasana sambil basa-basi.

"Iya, tadi soalnya di sekolah ada seminar dari lingkungan. Dan kebetulan sebelum pulang ikut bantu beres-beres dulu."

"Wah, baik banget dong!" Puji lelaki itu. "Jarang-jarang ada siswa yang mau membantu urusan bersih-bersih di sekolah zaman sekarang. Apalagi kalau sudah ada petugas kebersihannya, mana mau mereka ngotorin tangan." Ungkap mas Alvin sembari bercanda.

Bella ikut tertawa kecil mendengarnya. "Bukan hal yang besar, mas." Tampiknya merendahkan diri.

"Enggak, beda. Kamu tuh memang jelmaan malaikat kayaknya," lanjut mas Alvin lagi.

Lamat. Alvin memandangi wajah Bella yang nampak tersipu karena leluconnya. Hatinya merespon dengan tenang, kesan damai pun ia dapatkan. Dia tidak berbohong soal Bella sungguh mirip jelmaan malaikat yang kecantikannya mampu membuat mas Alvin terbuai.  Semakin kesini maka semakin besar pula obsesinya untuk mendapatkan gadis itu.

"Ya sudah, aku mau masuk dulu, mas." Pamit Bella ingin melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

"Sebentar, tunggu dulu." Sergah Alvin menghentikan Bella yang mau tak mau harus kembali diam ditempat.

Gadis itu menunggu dengan tak tenang sebab khawatir jika Mela, istri dari mas Alvin memergoki lalu memfitnahnya yang tidak-tidak. Mengingat bagaimana citranya di masyarakat kan memang selalu dipandang buruk.

"Ada apa lagi, mas?" Tanyanya pelan.

Bella mengerutkan keningnya sembari menatap pemberian Alvin.

"Ini, ada rezeki sedikit. Tadi kebetulan pak RT ngadain syukuran kelulusan anaknya. Makanan ini dititipin ke mas, nyuruh ngasih ke kamu. Warganya harus dapat semua katanya," kekeh mas Alvin diujung kalimat.

"Oh, iya. Terimakasih, mas. Bilangin juga ke pak RT selamat untuk kelulusan anaknya." Ucap Bella menyambut kotak plastik yang berisikan makanan tersebut.

Setelahnya tak ada lagi percakapan. Bella kembali pamit masuk ke dalam rumah sedangkan Alvin tetap bergeming ditempatnya berdiri. Dia tidak membiarkan sedetikpun bayangan gadis itu lolos dari pelupuk matanya.

Senyum miring ia tampakkan menyusul genggaman pada tangan kirinya yang mengerat. Dia yakin kalau isi botol yang Miss berikan adalah obat bius. Pasti ini rencana Miss dalam membantunya dengan menyuruh ia menuangkan obat bius tersebut di makanan ataupun minuman lalu diberikan kepada Bella.

Tunggu nanti malam, dia jamin gadis itu akan menjadi miliknya seutuhnya. Dengan begitu leluasa nanti ia bisa hidup bersama dan menikahinya. Tak peduli jika istrinya yang sekarang akan setuju ataupun tidak, yang terpenting jika Bella hamil nanti maka Alvin dengan sok pahlawan akan menawarkan diri bertanggung jawab. Bella juga tidak akan tahu itu anak siapa sebab sebelum melancarkan aksinya, Alvin akan pastikan gadis itu sudah tidak sadarkan diri.

Kalau begitu citranya sebagai orang baik tidak akan tercoreng. Biarlah dia bersikap bak hewan buas malam ini dan besoknya kembali berubah menjadi kucing yang menggemaskan. Jika demikian maka Bella tidak akan membencinya, namun berterimakasih karena Alvin yang akan menanggung jawabinya.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang