Tumbal

413 32 6
                                    


"Terkait ruangan rahasia pada TKP sudah kami periksa secara keseluruhan. Kami sudah melakukan pengecekan ulang terhadap barang-barang bukti yang sebelumnya ditemukan. Sejauh ini tidak ada berita lagi, maka kami akan mengirimkan hasil laporannya hari ini kepada anda, pak."

"Baik, terimakasih dokter dan atas kerjasama anda dengan tim kepolisian INAFIS." Ucap Detektif Damar lalu mematikan panggilan setelahnya.

Semua gambar yang dikirimkan terkait seluk-beluk detail ruangan rahasia yang ada di TKP kebakaran telah selesai ia periksa. Sekarang, tinggal mencocoklogi kan pernyataan dari para saksi, hasil investigasi lapangan, barang bukti, dan keterangan forensik. Semua sampel telah dikantongi dengan label juga keterangan.

Tetapi, soal hilangnya buku diary tersebut masih menjadi misteri. Karena seperti yang diketahui jika benar buku itu telah diambil oleh seseorang, akan tetapi siapa? Detektif Damar tidak mengerti. Pasalnya, di area sekitar barang bukti lainnya tidak ditemukan adanya tanda-tanda perampokan ataupun pembobolan pintu. Kemungkinan si pencuri memang orang dalam, hal ini diperkuat oleh pengakuan komandan Beno yang melihat kalau memang ada seorang polisi mengambilnya.

Pekerjaan hari ini memang berat dilakukan oleh detektif Damar. Semua anggotanya dia kirimkan ke tempat-tempat lain guna mencari informasi baru. Komandan Beno yang biasa membantunya juga belum kelihatan batang hidungnya.

Pria itu memutuskan untuk kembali menghubungi seseorang diseberang sana.

"Halo, pak detektif!" Sapa orang pada sambungan telepon.

"Bagaimana, apakah kalian menemukan sesuatu?" Tanya detektif Damar, seperti biasa meminta laporan dalam 30 menit sekali.

"Siap, sudah, pak! Kami telah mengetahui dimana lokasi pemujaan sekte tersebut, pak. Saat ini kami masih mengawasi sekitaran." Orang tersebut menjeda kalimatnya, terdengar sayup-sayup ucapan teman di sebelahnya seperti memberikan informasi.

"Ada apa?" Detektif Damar mengerutkan keningnya, penasaran.

"Sebentar, pak. Sepertinya ada yang datang." Lanjutnya lagi.

"Siapa? Kalian melihat wajahnya?"

"Belum, pak. Tapi terlihat dari kaca mobil yang dikendarai, bahwa yang datang tersebut berjumlah lebih dari satu orang." Tuturnya dari hasil pengamatan lokasi.

"Minta orang untuk melacak plat nomor kendaraan tersebut." Suruh detektif Damar.

"Sepertinya itu ibu Violence Adira," celetuk teman dari polisi itu.

Detektif Damar yang mendengarnya langsung merespon dengan cepat. "Sharelock sekarang juga. Saya akan menyusul,"

"Baik, pak."

____

Komandan Beno berjalan tergesa-gesa menuju ruangan detektif Damar. Dia sampai mengabaikan ucapan beberapa orang anggota polisi yang ingin menanyakan sesuatu hal terkait pekerjaan mereka. Seorang office boy yang melintas pun harus menyingkir untuk menghindari tabrakan troli yang didorongnya ketika melihat langkah komandan Beno dari kejauhan yang begitu cepat.

"Ini gawat, pak detektif!" Komandan Beno berkata dengan gurat panik setelah pintu ruangan terbuka.

Rupanya detektif Damar sudah bersiap-siap akan pergi, namun langkahnya harus terhenti dengan kehadiran komandan Beno yang nampak begitu gusar. Sejumlah aparat yang berjaga pun melirik heran ke arah ruangan detektif Damar, tepatnya tatapan tersebut menjurus pada komandan Beno. Tidak biasanya pria itu bersikap aneh seperti sekarang sehingga menambah kebingungan detektif Damar yang melihatnya.

"Ada apa, komandan?"

Sebelum benar-benar menuturkan maksudnya, komandan Beno terlihat menenangkan diri dengan menghembuskan napas panjangnya beberapa kali. Detektif Damar juga menunggu dengan sabar meskipun dia juga sangat terburu-buru saat ini.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang