Babu

1.3K 79 1
                                    

"Begini cara terimakasih, Lo?" Gadis itu tersentak kaget mendengar seseorang berbisik tepat disamping telinganya.

Badannya tiba-tiba kaku tak bisa bergerak, konsentrasi membaca bukunya terganggu dengan kedatangan cowok itu. Dia juga tidak berani menoleh sebab sudah tahu siapa yang kini berada disampingnya.

Bara tersenyum manis,  meniup pelan bagian tengkuk leher Bella yang seketika meremang. Jantung gadis itu berdegup sangat kencang, darahnya memompa lebih cepat dari biasanya, ia menelan ludah susah payah.

Mencoba terlihat tenang, ia bangkit hendak pergi namun sayang Bara menangkap pergerakannya dan langsung mencekal pergelangan tangan Bella hingga ia tak bisa berkutik.

"Aku mohon, jangan bunuh aku." Cicitnya menunduk ketakutan.  Seketika cowok itu tergelak hingga membuat semua pasang mata menatap kearah mereka. Ada yang merasa penasaran dan adapula yang langsung menjauh ketakutan.

Bara membungkuk dan mendongakkan kepalanya menatap wajah Bella dari bawah. "Apa wajah gue sejelek itu, sampe lo nggak sudi ngelihat ke arah gue?"  Tak sengaja, mata mereka bertubrukan sebelum akhirnya Bella memutusnya dan memilih membuang wajah ke arah lain.

Cowok itu kembali ke posisi normal seraya mengusung seringaian tipis.
"Gue kesini bukan untuk ngemis!" Celetuknya tiba-tiba, Bella masih bergeming. Ia siap jika hari ini akan dijadikan bahan bully-an lagi.

"Lo, jadi babu gue." Ujarnya menarik dagu Bella agar menatapnya.

Gadis itu tentu saja tidak setuju. "Ma_ maksud kamu? Aku nggak mau!"

Tolaknya dengan berani hingga menarik perhatian penghuni kelas lainnya. Banyak yang mencemooh tindakan Bella tersebut sebab secara langsung membantah ucapan Bara dengan nada tak santai.

Cowok itu justru terkekeh kecil mendapati raut gadis itu yang tiba-tiba berani membalas tatapannya.
"Well, gue nggak ngasih lo pilihan jadi nggak perlu buang tenaga buat ngebantah." Pungkasnya.

Bella tidak bisa berbuat apa-apa. Sepertinya hidupnya akan semakin menderita. Kali ini bukan cuma  Catty cs yang akan membully nya tapi nambah lagi si Bara yang terkenal dengan julukan malaikat maut. Entah kutukan apa yang harus Bella tanggung selama hidupnya.

"Anggap aja, Lo lagi balas budi karena kemarin malam gue udah berbaik hati nolongin lo." Tutur Bara hingga cewek itu sontak menatapnya dengan raut terkejut.

"Jadi_"

"Tentu saja bukan mimpi." Sanggahnya cepat memotong ucapan Bella seakan ia bisa menebak apa yang akan gadis itu ucapkan.

Bara tersenyum penuh arti. "Lo nggak lupa kan bagaimana kerennya gue malam itu?"

Seketika Bella mematung, darahnya berdesir. Ia ingat betul bagaimana cara Bara menusukkan belati tajam itu ke tubuh pria yang hendak melecehkannya dimalam itu. Betapa beringasnya cowok itu menerjang hingga menghujamkan belati itu berkali-kali tanpa ampun. Wajah cewek itu mendadak pucat, ia benci mengingatnya.

Bara menyeringai licik. "Mungkin sekarang, lo udah nggak perawan lagi kalau malam itu gue nggak nolongin lo." Bisiknya sengaja agar hanya mereka berdua yang tahu.

Bella bungkam, ia tidak ingin membayangkan kejadian memalukan yang hampir merenggut kehormatannya. Matanya panas ingin menangis mengingat saat pria mabuk itu menyentuh tubuhnya dengan tangan kotor mereka. Entah kenapa tiba-tiba perasaan benci kepada dirinya sendiri menyeruak.

Ia menatap Bara ketakutan, kakinya spontan mundur menjauh tapi cowok itu tidak marah. "Nggak usah drama!" Tukas cowok itu dengan nada rendah.

Semua yang ada dikelas itu masih menyimak obrolan mereka berdua yang tidak sepenuhnya terdengar jelas. Mereka kompak memalingkan muka serempak ketika Bara tiba-tiba menoleh.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang