facultatem

504 39 33
                                    

"Mau lanjut nangis lagi?" Tanyanya sembari menyeka air mata gadis itu.

Bella menggeleng lemah. "Masih kesel aja sama teman-teman. Aku nggak suka Leya dikata-katain kayak gitu," adunya sedikit sesenggukan membiarkan tangan hangat Bara menyapu wajah cantiknya.

Bara tersenyum kecil menyaksikan tingkah sang pacar yang terlihat begitu menggemaskan dengan hidung dan mata kemerahan. "Kamu keren, Be,"

Bella mengernyitkan dahinya. "Keren? Apanya yang keren?" Tatapannya kemudian meneliti pakaian seragam dari ujung sepatu hingga kepala bahkan merabanya, tidak ada yang mewah darinya. Kepalanya mendongak ke arah Bara dengan mimik penuh tanya meminta penjelasan.

Cowok itu terkekeh geli karenanya, hal tersebut semakin membuat Bella ingin tahu. "Ada yang aneh ya, dari aku?" Ucapnya jadi agak insecure terhadap penampilannya.

"Be brave to be respected!" Tegas Bara mencengkram kedua bahu gadis itu, seperti menyalurkan kekuatan untuknya bertahan.

Keduanya berhadapan satu sama lain. Netra hitam milik Bara menilik jauh dan menyelinap masuk dalam bayangan bola mata kecokelatan yang nampak bersinar diterpa sinar mentari, memancarkan pesona si empunya. Angin sepoi-sepoi menambah kesan damai dari tempat mereka berdiri, di atas rooftop sekolah.

Perlahan tangan Bara bergerak hingga mendarat tepat di wajah gadisnya, menangkup sisinya yang mungil itu. Bella menikmati sapuan lembut tersebut yang tanpa sadar membuatnya merasa semakin nyaman bersama cowok mengerikan itu. Jari-jari Bella pun terangkat, balik menggenggam tangan Bara. Tak lupa mengunci pandangan satu sama lain.

"Bara_"

"Kamu tahu, Beauty, ini yang selama ini aku inginkan dari kamu."

Gadis itu diam menyimak kelanjutan ucapan Bara tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki tampan yang kini berstatus sebagai pacarnya.

"Aku hanya ingin menyingkirkan Beauty yang lemah dan mengawal jiwa barunya." Ungkap cowok itu. "Andai keberanian tadi sudah ada dari lama, kamu nggak perlu merasakan sakitnya perlakuan aku. Dan juga, training ini nggak bakalan terjadi," sambungnya lagi.

"Training?" Ulang Bella tak mengerti.

Cowok itu tersenyum tipis lantas mengangguk. "Yahhhh,,," ujarnya seraya menghembuskan napas panjang.

"Training untuk apa?"

"For your mental." Jawabnya. "Kamu lihat wajah mereka pas tadi kamu bentak? Pongah, nggak percaya dengan keberanian kamu." Tutur Bara bangga mengingat betapa kagetnya teman kelas pacarnya tadi ketika gadis itu mendadak speak up tanpa takut.

"Tapi aku nggak_" kalimatnya berhenti. "Aku cuma nyampein apa yang menurut aku benar. Dan tindakan mereka memang sudah keterlaluan."

Bara tertawa kecil mendengarnya, seakan itu jokes menggelitik atau mungkin itu semacam cibiran. "Terus kenapa selama ini diam aja ketika dapet perlakuan yang lebih dari keterlaluan?"

Gadis itu semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan Bara. Apa maksudnya sikapnya yang pasrah ketika dibully? Tapi kan Bara juga pelaku bullying tersebut. Harusnya dia tanyakan itu kepada dirinya, mengapa ia suka sekali mengganggu anak-anak lemah seperti Bella. Lagipula mereka sedang membahas Leya, bukan dirinya. Dan juga ia tidak punya jawaban akan pertanyaan itu.

"Karena kamu egois," tandas Bara.

Bella menatap tak percaya setelah mendengar ucapan cowok itu. "Tunggu, ini ada apa sih? Kenapa kamu bilang aku egois padahal aku nggak pernah melakukan apapun, bahkan selama ini aku nggak melawan perbuatan mereka_"

"Tepat sekali." Potong Bara cepat hingga mau tak mau Bella menutup mulutnya. "Karena kamu sangka itu yang terbaik untuk kamu, dengan cara membiarkan mereka bertindak sesukanya tanpa perlawanan ataupun aduan. Kamu nggak mikirin kelanjutannya kalau mereka akan terus-menerus berbuat seperti itu melihat sikap diam kamu dan tidak akan pernah merasa bersalah. Apa itu namanya kalau bukan egois?" Hardik Bara lagi membuatnya terpojokkan.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang