quattuor

429 34 35
                                    


Wanita itu menatap nyalang pada sebuah lukisan yang melekat di dinding kamarnya. Rahangnya mengeras dengan tangan mengepal kuat hingga buku tangannya pun memutih. Gangguan kejiwaan obsessive compulsive disorder (OCD) yang diidapnya mengakibatkan wanita itu harus melakukan sesuatu yang menurutnya dirasa ampuh mengobati rasa cemasnya. Sebuah kebiasaan gila yang dilakukan secara berulang demi memuaskan kegelisahannya, karena jika tidak, maka gangguan kecemasan berlebih akan terus membuatnya menjadi lebih beringas lagi.

Sekarang, gangguan itu kembali muncul. Wanita tersebut langsung kambuh kala mendapatkan informasi jika rencananya lagi-lagi gagal total.
Dia menyorot tajam pada lelaki yang sedang berjalan tergesa-gesa ke arahnya. Dadanya bergemuruh dengan ritme jantung dua kali lebih cepat dari kenormalan nya. Segera, ia meraih gelas bening berisi cairan merah yang dibawakan oleh lelaki tadi kemudian menyesapnya sampai tak bersisa.

Darah. Dia membutuhkan darah sebagai obat penenangnya. Karena cairan menjijikan itulah yang dirasakan ampuh meredam emosinya. Tidak ada raut mual kala darah masuk ke dalam kerongkongannya, malahan kepuasan yang dirasakannya. Itu bukan lagi sesuatu yang aneh untuknya karena setiap perasaan cemas melanda, dia selalu meminta darah segar. Mandi dengan lulur darah, berendam juga dengan darah, segala yang berhubungan dengan air bisa digantikan oleh darah.

Usai menenggak habis cairan amis nan pekat tersebut, dia membanting gelasnya hingga menimbulkan bunyi pecahan yang cukup keras. Dadanya masih bergemuruh dengan napas tak terkontrol.

"Kacau!" Teriaknya berapi-api.

Will mendudukkan dirinya di samping wanita itu. Tangannya bergerak menepuk-nepuk pundak Miss agar ia tenang. 

"Saya sudah mengirim Edgar untuk melenyapkan orang itu sebelum dia buka mulut dihadapan polisi." Ujar Will.

"Semuanya selalu digagalkan oleh anak yang bernama Bara. Memangnya siapa dia?" Geramnya.

Miss benar-benar kalut ketika mendengar jika Alvin, si anak panahnya yang lain, gagal membunuh kambing hitamnya. Dan yang semakin membuatnya murka adalah sosok Bara, si misterius yang seringkali nongol di setiap rencananya. Dan satu hal lagi yang Miss baru ketahui adalah jika dalang dibalik pencurian, pembunuhan, perampasan serta penggagalan bisnis gelapnya yaitu orang yang sama. Tak lain dan tak bukan adalah Bara. Anak ingusan yang sejak pertemuan awalnya sudah memberikan sinyal aneh pertanda bahaya.

Bukan tak beralasan mengapa Bara membuka semua informasi tentang dirinya dan membiarkan Miss menebak-nebak sendiri. Hal itu sengaja ia lakukan menurut kadar yang ia tetapkan. Sekarang benar dugaannya jika Miss terpancing maka semakin memudahkannya dalam melakukan aksinya.

______

"Mas Alvin meninggal!"

Kalimat yang membuat warga satu komplek terperanjat. Mereka yang sedang berkumpul di balai lurah sembari menunggu anggota kepolisian datang untuk mengusut terkait pelaporan yang di adukan, semuanya serempak menoleh pada si penyampai informasi.

Bella yang ditemani Bara dan Arya juga ikut terkejut karenanya.

"Apa yang kamu katakan, Lukman?" Pak RT segera bangkit dari duduknya, bertanya kepada pria itu.

Dengan napas tersengal-sengal habis berlari, Lukman mengangguk mengiyakan.  "Istrinya menemukan Alvin sudah bersimbah darah di dalam kamarnya."

Semua yang mendengar spontan berdiri saking syok nya. Baru beberapa jam mereka meninggalkan kediaman Alvin namun keesokan paginya langsung mendengar kabar nahas tersebut. Padahal, sejumlah warga telah di amanat kan untuk menjaga Alvin kalau-kalau ia kabur atau bertingkah aneh.

Sementara, warga lainnya tengah berkumpul di balai lurah untuk menyiapkan laporan sembari menunggu aparat kepolisian. Sebenarnya Bella tidak ingin memperpanjangnya akan tetapi entah ilham dari mana para ibu-ibu lantas mendukungnya untuk melaporkan hal tersebut ke pihak yang berwajib

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang