"Masa' cuma karena saling injak sepatu saja mereka saling sindir bapak, kan lucu. Orang tua dibawa-bawa, saling ejek kayak bocah, hahaha..." Tawa Julian lagi-lagi tidak mendapat respon dari sang sahabat.Gadis itu hanya terdiam mendengarkan celotehan Julian yang sedari tadi terus berusaha menghiburnya dengan aneka macam lelucon. Cowok itu menghela napas pasrah, diliriknya Bella tetap sedia mengamati keadaan sepanjang perjalanan mereka tanpa mengatakan apapun. Julian bingung, semua cara sudah dia lakukan demi mengembalikan keceriaan sahabatnya yang dulu, tetapi nyatanya satupun tidak ada yang berhasil. Gadis itu tetap murung dengan wajah sendunya.
"Ju,"
"Iya, Ra. Ada apa?" Dengan sigap, Julian menghentikan kursi roda tersebut menunggu kelanjutan ucapan gadis itu.
"Nggak usah ke taman. Aku mau istirahat aja." Ujarnya lesu. Moodnya tiba-tiba berubah, yang tadinya setuju di ajak jalan-jalan ke sekitaran rumah sakit guna mengusir rasa bosan, malah sekarang meminta kembali ke kamarnya. Julian hanya bisa mengangguk mengiyakan, tidak baik juga memaksakan Bella dalam kondisinya.
Julian kembali melanjutkan jalannya sembari mendorong kursi roda yang dinaiki Bella. Keduanya sama-sama menikmati keterdiaman itu, Julian pun tidak bercerita tentang hal lucu lagi. Hingga keduanya tiba di lorong terakhir menuju ruangannya berada. Cowok itu menghentikan langkahnya sebentar, namun Bella tidak bertanya karena beberapa detik kemudian kursi roda kembali melaju. Gadis itu juga tidak berpikiran buruk, sebab Julian hanya berhenti beberapa detik bukan pergi meninggalkannya lama.
Gadis itu mengerutkan keningnya ketika merasa ada sesuatu yang janggal pada lajur jalanan yang mereka lalui.
"Eh, kenapa ke arah sini, Ju? Harusnya tadi belok ke kanan." Bella menyadari arah mereka berlawanan dari kamar yang ditempati nya. Tepat di tikungan tadi harusnya mereka berbelok tapi kursi rodanya malah tetap berjalan lurus.
Tidak ada jawaban, gadis itu jadi semakin khawatir. Jangan sampai sesuatu yang buruk kembali menghampirinya. Bella ingin menoleh untuk memastikan keadaan sahabatnya itu, namun suara lain menginterupsinya membuat dia mengurungkan pergerakannya karena tiba-tiba saja tubuhnya membeku.
"I Miss you, Beauty," ujar orang dibelakangnya.
Itu suara Bara. Apa yang dia lakukan di sini? Rahang Bella mengeras, menahan air matanya yang kembali hendak tumpah karena kehadiran cowok itu mengingatkannya dengan kejadian di gudang waktu itu. Entah di mana Julian, Bella tidak tahu. Mengapa dia membiarkannya bersama Bara? Sungguh, gadis itu belum siap menemui kekasihnya yang berkhianat itu.
Bella hendak memberontak tetapi sadar jika tenaganya sangat lemah. Akhirnya dengan terpaksa diapun membiarkan kemana cowoknya tersebut akan membawanya.
Bara menghentikan kursi roda tersebut tepat di hadapan sebuah bangku taman. Cowok itu pun memutar tubuhnya ke hadapan Bella, mendudukkan dirinya di bangku taman yang ada, bersitatap dengan gadisnya yang terduduk di kursi roda.Terlihat, gadis tersebut masih setia menunduk sembari memilin jari-jarinya. Andai Bara tahu, bagaimana panasnya wajah Bella karena sedari tadi menahan emosi yang ingin diluapkannya, namun entah dengan cara apa.
"Hei," Bara meraih dagu kekasihnya tersebut agar pandangan mereka bisa saling kunci. Bella mengangkat paksa wajahnya, namun matanya tetap dia buang ke tempat lain. Enggan melihat sang pacar yang menatapnya dengan lekat. "Maaf,"
Perlahan, Bella menghela napasnya lalu memusatkan perhatiannya ketika mendengar nada lirih itu. Wajah Bara terpampang jelas didepannya. Dadanya bergemuruh, pelupuk matanya juga semakin terasa berat dan pedih. Tes! Satu bulir air mata luruh begitu saja membasahi pipinya. Bella tidak kuasa menahan air matanya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/247105156-288-k768990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Mystery / Thriller( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan seny...