Viola

502 38 2
                                    

Seorang gadis belia yang nampak berumur sekitar 14 tahunan, sedang duduk di dalam kelasnya. Siswi SMP tersebut terpaku dengan sorot dinginnya tengah memandangi sebuah kertas yang tidak sengaja dia temukan dalam tasnya. Dia lalu meremukkan kertas tersebut dengan satu tangan usai membaca isinya dan lantas membanting ke sembarang arah. Bergegas, dia menghampiri saudari kembarnya yang waktu itu nampak asyik mengobrol dengan teman-temannya sembari tertawa cekikikan.

Keadaan tiba-tiba senyap karena aura dari siswi tersebut sangat tidak ramah. Ekspresi wajahnya yang datar, sorot tajam serta sikap dinginnya memberikan efek pada atmosfer disekitar ia berada. Pandangannya hanya tertuju pada saudarinya tanpa memedulikan siswi-siswi lain sedang memperhatikannya.

Violence yang kala itu menyadari kehadiran Viola pun langsung menyuruhnya ikut bergabung bersama mereka. "Sini La," dia menepuk-nepuk kursi kosong yang berada tepat disampingnya.

Teman-teman Violence yang memang sudah tahu watak dingin Viola juga tidak mempermasalahkannya. Mereka hanya diam menyimak interaksi saudara kembar tersebut. Lagi pula, Viola cukup baik di dalam kelas dan tak pernah mengganggu siapapun. Siswa-siswi di kelas juga memaklumi perbedaan sikap dan sifat kedua saudara kembar identik itu.

Viola tidak mengatakan apapun ataupun bergerak dari tempatnya berdiri, hal itu membuat Violence mengernyit heran. Pikirnya mungkin Viola mau mengatakan sesuatu, karena itulah Violence yang mengerti segera pamit kepada teman-temannya. Semacam ikatan batin, mereka dianugerahi kemampuan bisa menebak apa yang ada di dalam hati masing-masing. Selain itu, kebiasaan juga menjadi alasan mengapa Violence bisa memahami saudarinya.

__

Benar seperti dugaan, Viola membawa kembarannya ke dekat toilet yang memang sangat sepi. Violence tidak merasa takut meskipun tahu jika saudarinya itu agak berbeda dan auranya memang menyeramkan. Di sekolah saja banyak teman-temannya mengutarakan itu secara blak-blakan kepada Violence. Tapi, sebagai seorang kakak dia selalu memberikan tanggapan yang normal. Toh, Viola memang tidak pernah menyakitinya ataupun orang-orang lain.

"Mau ngomongin apa, La?" Tanya Violence pelan. Sungguh dia adalah tipikal kakak yang penyabar dan penyayang.

"Pulang sekolah kemana?" Viola akhirnya membuka suara.

Violence mengerutkan keningnya. "Kita kan udah ada janji mau ketemuan sama Arina di taman. Kamu lupa?"

"Jangan pergi ke sana."

Mendengar itu, Violence tambah tidak mengerti akan sikap kembarannya. "Nggak bisa. Aku udah nyiapin oleh-oleh yang dari papa buat Arina. Dia pasti sudah nggak sabar untuk menerimanya." Kekeuh nya tidak setuju.

"Menyingkir dari Arina!"

"Ola, kamu kenapa sih? Ada masalah sama Arina?" Violence semakin mencium aroma kebencian itu dari adiknya. Pasalnya, ini bukan kali pertama Viola melarangnya bertemu Arina.

"Aku tidak akan membiarkannya menyakiti kamu." Ungkap Viola semakin aneh dengan perkataannya.

Violence memandang punggung saudarinya itu dengan perasaan bingung. Viola melengos pergi begitu saja usai mengatakan kalimat tersebut. Violence tidak mengerti mengapa Viola bersikap semakin aneh akhir-akhir ini. Dia sering sekali menatapnya dengan sorot tajam, mengawasi gerak-gerik Violence dan tiba-tiba menariknya ketika sedang bermain lalu membawanya pulang.

Viola bersikap semakin posesif kepadanya. Seakan rana pergaulan Violence dibatasi oleh adiknya itu. Viola juga terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan nya terhadap Arina, yang mana tidak lain adalah sahabat mereka sedari kecil. Perubahan sikap inilah yang membuat Violence merasa curiga. Apa ada yang disembunyikan oleh Viola darinya?

___

Setelah pulang dari sekolah, Violence tetap memutuskan untuk menepati janjinya menemui Arina dengan membawa buah tangan yang didapat dari sang papa. Entah kemana Viola saat itu, dia juga tidak terlalu menghiraukannya. Karena terlalu asyik menyiapkan segala yang akan dia berikan untuk Arina, Violence jadi lupa kalau kembarannya sebenarnya belum pulang ke rumah.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang