another personality

372 31 23
                                    


Mata tajam itu terpaku pada layar monitor, sementara ditangannya tersemat beberapa kertas yang bisa membuat mata bengkak karena isinya penuh kalimat berbobot. Sesekali pria itu memijat pangkal hidungnya guna memulihkan kondisi mata yang mulai lelah.  Jangan tanya otaknya. Karena sudah pasti juga terasa berat dan pening akibat berkutat dengan informasi yang masih abu-abu itu.

Beberapa kali juga terdengar suara helaan napas beratnya. Kembali ia menyeruput kopi yang tinggal setengah dari wadah gelasnya, demi mendapatkan konsentrasi lagi.

Viola didiagnosa mengidap mental health, gangguan kepribadian, antisosial, dan diklaim suka sekali melakukan hal-hal mengerikan. Contohnya seperti menyakiti hewan-hewan yang menurutnya mengganggu. Tak jarang ia juga membawa bangkai hewan tersebut kerumahnya dan berkata akan mengawetkan sebagai koleksi.

Di usianya yang waktu itu masih belia, SMP, tanda-tanda yang ditunjukkan semakin aneh. Memang berbeda dengan kembarannya, Violence, sikap Viola bisa dibilang lebih tertutup.  Violence punya banyak teman akan tetapi Viola hanya memiliki Violence. Viola tidak suka jika Violence mengenalkannya dengan orang-orang, alasannya karena mereka berisik.

Jika dilihat dari segi fisik, keduanya sangat mirip. Kembar identik namun versi yang sangat sama, seakan doppelganger. Ibaratnya, mereka berdua bayangan dan raga yang dimana tidak ada sedikitpun celah pembeda. Tingginya, cara berjalan, pokoknya secara fisik mereka duplikat asli. Mungkin yang membedakan hanya masalah sifat. Violence lebih ke tegas namun humble, sedangkan Viola dingin tak tersentuh. Ekspresi yang ditampakkan yang satu cukup normal sementara satunya sangat datar pun misterius. Namun, bila dilihat sekilas maka akan sulit membedakannya. Oh iya, Violence itu kidal, makanya setiap perbuatannya bertumpu pada tangan kiri.

Awal mula Viola dimasukkan ke rumah sakit jiwa yakni setelah ia kedapatan menghabisi nyawa salah satu temannya. Saat itu, remaja berseragam SMP yang tak lain adalah Violence Adira tengah berlari menuju taman yang berada tak jauh dari komplek perumahan mereka. Masih dengan pakaian sekolah, ia membawa sebuah kantong keresek berisikan aneka camilan yang diambilnya dari rumah.

Gadis remaja itu dengan semangat penuh ingin menepati janji terhadap salah satu temannya dengan memberikannya oleh-oleh sang papa yang baru pulang dari Perancis. Namun, alangkah terkejutnya ia ketika lima langkah lagi akan tiba di tempat itu. Tubuhnya bergetar dan lemas seketika mendapati teman yang dimaksud telah jatuh bersimbah darah. Dan yang semakin membuatnya syok adalah keberadaan Viola di sana sembari memegang penggaris besi yang juga berlumuran darah.

Seketika wajah Violence pucat pasi, lemas hingga akhirnya ia jatuh pingsan. Dan saat bangun ia sudah berada di rumahnya dengan dikelilingi orang-orang banyak. Matanya terpaku pada Viola yang saat itu terdiam ditengah-tengah wanita berpakaian perawat. Violence juga baru menyadari jika di rumahnya banyak polisi. Dilihatnya sang Mama tengah menangis disebelahnya sembari memeluk Violence. Didepan lemari hias juga ada papa yang sedang berbincang dengan pak polisi.

Violence menatap takut-takut ke arah Viola yang kini juga memperhatikannya. Raut kembarannya itu masih seperti biasa, datar. Sorotnya yang dingin membuat Violence semakin gemetar dan tanpa sadar dia bergumam kalau ia takut pada Ola, yang tak lain adalah Viola.

Mendengar suara lirih Violence, spontan orang-orang yang ada di sana memperhatikannya. Sang papa pun bergerak mendekatinya dan langsung memberikan elusan singkat sebagai penenang.  Setelah itu, Viola dibawa pergi dan Violence disuruh beristirahat. Kemudian baru keesokan harinya ia ditanyai mengenai kejadian tersebut.

"Huh," detektif Damar menyudahi pikirannya.

Kasus tersebut benar-benar membingungkan sampai menguras habis otaknya.  Dia telah membaca laporan serta berkas-berkas yang berhubungan dengan Viola Adira, si korban. Semuanya mau tak mau bersangkut paut dengan Violence. Mengingat latar belakang mereka membuka kasus ini kembali, sebab curiga dengan Violence yang sering sekali berkunjung ke rumah sakit jiwa tersebut.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang