Mine

1.8K 87 10
                                    

Bersenandung kecil, Bara melangkahkan kakinya memasuki kediaman Reno. Rautnya terlihat ceria seperti biasa, emosi cowok itu selalu stabil. Tak ada seorangpun yang memahami emosinya kecuali dirinya sendiri. Dia tidak pernah menunjukkan ekspresi lain selain ceria. Jikalau marah, dia hanya akan diam dan mengamati sekitar beberapa detik, setelah itu rautnya kembali ke atmosfer semula.

Sulit ditebak, jalan pikirannya juga tak bisa dibaca. Bara selalu melakukan apa yang dia inginkan tanpa memperdulikan resikonya. Dari segi emosional Bara tak sefrekuensi dengan Abangnya.
Algio, emosinya lebih mudah terpancing, namun ia tidak sembarangan bertindak. Sebagai iudex, dia lebih bijak dalam bersikap.
Sedangkan Bara, cowok itu tidak akan memperlihatkan emosinya namun mudah bertindak. Dia tidak marah jika seseorang mengusiknya, ia hanya akan tersenyum, bersikap tengil dengan lelucon receh andalannya. Akan tetapi bukan berarti dia diam saja setelah diusik, raut wajah, emosional dan tindakannya tidak berkesinambungan. Jadi dia punya cara sendiri untuk menyerang diwaktu yang tidak terduga oleh lawan.

Di akui, bahkan Algio pun nyaris mati saat Bara menyerangnya karena sesuatu hal. Beruntung saat itu Mike dapat mencegahnya. Bara tidak suka basa-basi, dia suka hal yang instan. Tak perduli dengan proses, selagi hasilnya tetap sama dia akan melakukan apa yang dianggapnya mudah.

"Dari mana, Lo?" Bara melirik kesamping, mendapati Algio tengah duduk di sofa dengan kaki bersilang sembari bersidekap dada memandangnya.

Cowok itu sudah menunggunya dari sepulang sekolah tetapi Bara baru menampakkan diri saat matahari telah terbenam. 

Bara menarik napas dalam-dalam, dia tersenyum manis. "Habis honeymoon." Celetuknya asal.

"Bara!" Panggil Algio lembut namun sarat ancaman.

Bara terkekeh kecil melihatnya. "Gue habis les private," ujarnya membuat sebelah alis Algio terangkat. Setahunya adiknya itu tidak pernah mengikuti les apapun.

"Les private buat anak!" Lanjut Bara kemudian berlari ngibrit meninggalkan Algio dengan raut kesal bersiap menyemprotkan ocehannya.

"Bara, gue belum selesai ngomong." Teriak Algio namun tak diindahkan.

Bara sudah tahu pasti abangnya itu akan mengomelinya tentang masalah di sekolah. Dia sudah biasa kena semprot omelan Algio saat dirumah. Tak ada yang tahu kalau mereka berdua bersaudara, ini karena keduanya selalu terlihat bermusuhan disekolah. Dan sebagai ketentuan privasi, identitas keduanya pun dirahasiakan.

CEKLEK....

Bara membuka pintu kamar Zefa perlahan-lahan agar tidak ketahuan oleh siapapun. Terlihat didalam sana gadis itu tengah terlelap dalam gelungan selimut yang menutupi tubuhnya sampai ke dada.

Zefa terusik saat Bara mengelus kepalanya. Ia membuka matanya dan mendapati wajah Bara tersenyum manis dihadapannya.

"Hai, little monster!" Sapa Bara ceria.

Zefa terkesiap, ia bangun dan mencoba untuk duduk. "Kak Bara?" Ucapnya masih belum sepenuhnya sadar dari kantuk.

Mendengar Zefa memanggilnya kak Bara, membuat ekspresi cowok itu seketika berubah datar. Gadis itu terlihat khawatir dengan raut tiba-tiba kakaknya itu.

Zefa sedikit meringkuk saat tangan Bara terulur mengelus puncak kepalanya, dan perlahan Bara mengulas seringai tipis hingga lama-kelamaan menjadi senyuman manis.

"Masih belum ingat?" Tanyanya membuat Zefa meliriknya heran.

Bara balas menatap Zefa dan  tersenyum maklum. "Nggak apa-apa, nanti gue bantu supaya Lo bisa ingat semuanya dengan cepat." Ujarnya kemudian menarik kuat rambut panjang adiknya itu hingga wajahnya terdongak ke atas.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang