Fitnah

401 29 25
                                    

Bella menangis kencang dalam pelukan sang kekasih. Dia syok akan peristiwa yang barusan terjadi. Masih tidak percaya jika mas Alvin mau berbuat kurang ajar kepadanya. Bara mengelus lembut punggung pacarnya berupaya memberikan ketenangan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Aneh memang, seorang Bara tidak bertindak semena-mena bahkan kali ini terkesan sabar.

Cowok itu sempat melayangkan seringai tipis ketika melihat pergerakan Alvin yang mau kabur. Biarlah, toh nanti juga bakalan tertangkap. Menangkap seekor tikus bukanlah hal yang sulit dilakukan olehnya.

Semakin lama, tangis gadis itu tambah sesenggukan. Bara yang menyadarinya pun mengerutkan keningnya, merasa sedikit aneh. Tangisan apalagi ini? Pasti bukan sedih, soalnya rasanya sangat berbeda. Dia tidak pernah melihat orang bisa nangis luar biasa seperti ini dengan badan yang gemetar. Cowok itu tambah keheranan kala ia hendak menguraikan pelukannya namun tertahan oleh kuatnya cengkraman Bella di bajunya.

Terlihat gadis itu menggeleng kuat. "jangan tinggalin aku sendiri. Aku takut," cicitnya.

Bara yang mendengarnya langsung membeku. Ini bukan gadis yang ia kenal. Bella tidak selemah itu dan tak semanja sekarang. Apa yang terjadi? Apakah segitu besarnya efek dari peristiwa barusan? Andai saja jika orang normal yang berada diposisi Bara, dia pasti sudah mengerti kalau saat ini Bella dalam keadaan syok berat dan mentalnya terguncang. Tentu saja, karena gadis itu nyaris dilecehkan. Tetapi lain halnya dengan Bara yang justru terdiam kebingungan.

"Be," panggil Bara memegang lengan kekasihnya.

"Mas Alvin jahat, dia mau me-melecehkan_" tak bisa, kalimat Bella terhenti menyambar tangisan pilunya.

Rahang cowok itu seketika mengeras karena ucapan Bella yang bernada lirih. Emosinya kembali membumbung tinggi, teringat akan perlakuan keji tadi rasanya ingin sekali ia bakar tubuh lelaki sialan itu.

"Nggak akan, karena sebelum itu terjadi aku akan menghabisinya." Ujar Bara penuh peringatan.

Bella yang mendengarnya langsung tersadar jika kekasihnya bukan orang yang normal. Dia menguraikan cekalan pada baju lelaki itu lalu mengambil jarak dan menatap wajah Bara yang kini balik memandangnya. Benar saja dugaannya jika Bara pasti sangat marah dan akan melakukan apa saja yang menurutnya benar. Tapi, Bella tidak mau jika cowok itu dapat masalah dengan membunuh mas Alvin.

"Lupakan! Kamu nggak perlu melakukan apapun kepada mas Alvin," cegahnya mencoba menenangkan. "Aku udah nggak apa-apa," lanjutnya lagi. Berharap dengan ini bisa menghentikan aksi nekad cowok itu.

Bara tersenyum sinis, tentu saja dia tidak menyukai raut berpura-pura itu. "Aku benci sumber air mata kamu, Be. Aku berjanji akan menyumpalnya."

Gadis itu menggeleng tak setuju. Bara benar-benar akan menghukum mas Alvin dari kalimatnya barusan. Karena seperti yang diketahui jika air mata Bella karena ulah tetangganya satu itu.

"TOLOOOONG!!!!!!"

Baik Bella maupun Bara serempak menoleh ke arah pintu. Itu suara mas Alvin yang meminta tolong. Rupanya lelaki berengsek itu hendak memulai drama baru, pikir Bara. Benar saja, tak lama setelahnya terdengar riuh langkah kaki dan suara beberapa orang yang mendekati rumah Bella.

Saat cowok itu hendak keluar, Bella menahan tangannya dan mau tak mau dia berbalik menatap wajah sang kekasih yang nampak panik.

"Mereka pasti akan menuduh aku yang tidak-tidak. Lebih baik kamu tunggu disini, biar aku yang keluar." Ucap Bella.

Tawa cowok itu membuat Bella semakin takut. Dia tidak ingin Bara ikut kena masalah hanya karenanya. Biarlah dia saja yang menghadapi warga, toh, juga bukan hal pertama untuknya.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang